Laporan Praktikum Kimia Organik "Ekstraksi"




Abstrak


            Minyak atsiri didefinisikan sebagai produk hasil penyulingan dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri dapat mengandung puluhan atau ratusan bahan campuran yang mudah menguap (volatile) dan bahan campuran yang tidak mudah menguap (non-volatile), yang merupakan penyebab karakteristik aroma dan rasanya. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar minyak dalam star anise. Minyak atsiri biasanya digunakan sebagai salah satu campuran pada bahan baku pada industri kosmetik, sabun dan deterjen, farmasi, produk makanan dan minuman dan masih banyak produk lainnya. Mula-mula star anise dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 40 gram, kemudian diekstraksi selama 1 jam menggunakan pelarut n-heksana. Pelarut lalu dipisahkan dari minyak atsiri menggunakan kertas saring. Dan terakhir didestilasi selama 2 jam. Hasil yang didapat dari percobaan ini berupa densitas sebesar 0,85 g/cm3, indeks bias sebesar 1,5175 dan persen rendemen minyak atsiri sebesar 11,6 %.

Kata Kunci: Destilasi, ekstraksi, minyak atsiri, star anise






BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut sehingga terpisah dari bahan yang tidak sapat larut dengan pelarut cair. Seringkali campuran bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisikanya terlalu kecil, atau tersedian dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium.
Ada beberapa metode dalam melakukan ekstraksi, diantaranya adalah ekstraksi dingin dan ekstraksi panas. Dari 2 metode tersebut terbagi lagi menjadi metode maserasi, perkolasi, refluks, soxhlet, digesti, dan infundasi. Pada praktikum kimia organik kali ini, praktikkan akan menggunakan metode soxhlet. Metode soxhlet ini adalah proses ekstraksi dimana sampel yang akan di ekstraksi ditempatkan dalam suatu timbel yang permeable terhadapa pelarut dan diletakkan diatas tabung destilasi, dididihkan dan dikondensasikan di atas sampel. Kondensat akan jatuh kedalam timbel dan smerendam sampel dan diakumulasi sekeliling timbel. Setelah sampai batas tertentu, pelarut akan kembalik masuk ke dalam tabung destilasi secara otomatis. Proses ini berulang terus dengan sendirinya di dalam alat terutama dalam peralatan soxhlet yang digunakan.
Aplikasi minyak atsiri dalam industri adalah sebagai bahan dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo, lotion), dalam industri makanan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa, dalam industri parfum sebagai pewangi, dalam industri farmasi atau obat-obatan sebagai anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri, dalam industri bahan pengawet dan sebagai insektisida. Tujuan melakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar minyak atsiri dalam 40 gr sereh yang menggunakan pelarut n-Hexana.


1.2    Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang berkaitan dengan percobaan ini yaitu bagaimana mendapatkan kadar minyak atsiri yang tinggi dari bunga star anise melalui proses ekstraksi, pelarut apa yang tepat untuk ekstraksi minyak atsiri, dan bagaimana mutu minyak atsiri yang dihasilkan melalui pengujian densitas, indeks bias dan persen rendemen.

1.3    Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar minyak dalam bunga star anise.

1.4    Ruang Lingkup Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik FT. UNTIRTA. Bahan utama yang digunakan dalam percobaan ini yaitu bunga star anise dan n-heksana.






















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Minyak Atsiri
Negara kita termasuk negara penghasil minyak atsiri dan minyak ini juga merupakan komoditi yang menghasilkan devisa negara. Oleh karena itu pada tahun-tahun terakhir ini, minyak atsiri mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah Indonesia. Indonesia baru menghasilkan sembilan jenis minyak atsiri yaitu: minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak nilam, minyak akar wangi, minyak pala, minyak kayu putih dan minyak sereh wangi. Dari sembilan jenis minyak atsiri ini terdapat enam jenis minyak yang paling menonjol di Indonesia yaitu: minyak pala, minyak nilam, minyak cengkeh dan minyak sereh wangi.
 Minyak sereh merupakan komoditi di sektor agrobisnis yang memiliki pasaran bagus dan berdaya saing kuat di pasaran luar negeri. Tetapi tanaman sereh ini tampaknya masih banyak yang belum digarap untuk siap diinvestasi. Sebagai contoh tanaman sereh wangi, tanaman penghasil minyak atsiri yang dalam perdagangan dikenal dengan nama sitronella oil. Nama ini masih asing bagi sebagian orang, sebab hampir sepuluh tahun lebih sereh wangi luput dari perbincangan dan perhatian orang. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri meliputi sekitar 200 spesies, 40 spesies diantaranya terdapat di Indonesia (Rusli dan Hobir, 1990).
Jenis minyak atsiri yang telah diproduksi dan beredar di pasar dunia saat ini mencapai 70 – 80 macam, 15 macam diantaranya berasal dari Indonesia. Minyak atsiri digunakan dalam berbagai industri parfum, kosmetik, makanan, minuman dan obat obatan. Produk dari industri tersebut jenisnya sangat banyak, tetapi kuantitas minyak atsiri bagi setiap produk relatif sangat kecil. (Regaldo, 2011)
Minyak atsiri biasa didapatkan dari bahan-bahan diatas yang meliputi pada bagian daun, bunga, batang dan akar. Dari sekian bahan atsiri diatas yang selama ini mulai tidak dikembangkan adalah minyak atsiri dari serai wangi, karena untuk mendapatkan minyak atsiri tersebut menggunakan hydro distillation dan steam distillation membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu sekitar 4 – 7 jam. Tanaman serai dibagi menjadi tiga jenis yaitu serai wangi (Cymbopogon winterianus), serai dapur (Cymbopogon flexuosus) dan rumput palmarosa (Cymbopogonmartini). ( Yuni, 2013)
Minyak atsiri yang dikenal sebagai minyak eteris atau minyak terbang dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri dapat larut dalam alkohol pada perbandingan dan konsentrasi tertentu. Dengan demikian dapat diketahui jumlah dan konsentrasi alkohol yang dibutuhkan untuk melarutkan secara sempurna sejumlah minyak. Selain larut dalam alkohol, minyak atsiri juga dapat larut di dalam pelarut organik lainnya, kurang larut dalam alkohol encer dengan konsentrasi kurang dari 70%. Minyak yang mengandung senyawa terpen dalam jumlah besar akan sulit larut (Meri, 2014). 
Komponen kimia minyak atsiri pada umumnya dibagi menjadi dua golongan, yaitu hydrocarbon, dan oxygenated hydrocarbon. Persenyawaan yang termasuk golongan hidrokarbon terbentuk dari unsur hidrogen (H), dan karbon (C). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri terutama terdiri dari persenyawaan terpene, selain itu juga parafin, olefin, dan hidrokarbon aromatik, sedangkan persenyawaan yang termasuk dalam golongan oxygenated hydrocarbon terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), yaitu persenyawaan alkohol, aldehida, keton, oksida, ester, dan eter. Sifat-sifat fisis minyak atsiri secara umum adalah sebagai berikut:
1.             Warna : minyak atsiri yang baru dipisahkan biasanya tidak berwarna. Oleh karena penguapan, dan mungkin oksidasi, warnanya dapat bermacam-macam, seperti: hijau, coklat, kuning, biru ,dan merah.
2.             Rasa: bermacam-macam (ada yang manis, pedas, asam, pahit, dan ada pula yang mempunyai rasa membakar).
3.             Bau : merangsang dan khas untuk tiap jenis minyak atsiri.
4.             Berat jenis: berkisar antara 0,698-1,188 (gr/cm3) pada 15oC. Kisaran nilai koreksinya adalah antara 0,00042-0,00084 untuk tiap perubahan 1oC.
5.             Kelarutan: tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter, kloroform, asam asetat pekat, dan pelarut organik lain; kurang larut dalam alkohol encer yang kadarnya kurang dari 70%.
6.             Sifat: pelarut yang baik untuk lemak, minyak, resin, kamfer, sulfur, dan fosfor.
7.             Indeks bias: berkisar antara 1,3-1,7 pada suhu 20oC. Kisaran nilai koreksinya adalah antara 0,00039-0,00049 untuk tiap perubahan 1oC.

Tanaman yang biasanya menghasilkan minyak atsiri yaitu yang termasuk dalam family pinaceae, labitae, compositae, myrtaceae, dan umbelliferaceae. Minyak atsiri terdapat pada setiap bagian tanaman yaitu dari bunga, buah, batang, dan akar. Salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan adalah sereh (cymbopogon winterianus). Sereh masih belum banyak dibudidayakan di Indonesia karena sebagian besar hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sebagai campuran makanan atau rempah-rempah. Namun bila tanaman ini diproses, dan diolah, maka akan mendapatkan potensi ekspor yang cukup besar. Selain sebagai bumbu dapur, sereh juga dapat diambil minyaknya untuk digunakan berbagai macam kebutuhan. Tanaman sereh merupakan tanaman tahunan yang tumbuh pada daerah yang tidak tetap atau hidup meliar, hidup lama, dan kuat. Tanaman ini merupakan semacam rumput, berumpun banyak, dan mengumpul menjadi gerombol yang besar. Tanaman ini biasanya mempunyai tinggi berkisar antara 40-70cm, mempunyai daun berwarna hijau muda, batang tumbuhan tidak berkayu, dan tersusun atas epidermis batang, jaringan pengangkut, jaringan korteks, dan empulur batang. Pada jaringan parenkim korteks terdapat sel atau kelenjar minyak, sehingga tumbuhan ini dapat digunakan untuk membuat minyak atsiri .  Cymbopogon winteranius menghasilkan 75-85% citral dalam minyak atsiri. Citral adalah gabungan dari dua isomer aldehida monoterpeneacylic. Senyawa citral ini membentuk turunanturunan lain yaitu sitronella, sitronelol,dan geraniol. Geraniol (C10H18O) Sering disebut juga sebagai rhodinol adalah salah satu senyawa monoterpenoid dan alkohol. Senyawa ini tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam bahan pelarut organik. Baunya menyengat, dan sering digunakan sebagai parfum. Geraniol merupakan persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene dan 1 molekul air, dengan rumus bangun adalah sebagai berikut :

CH3 - C = CH - CH2 --- CH2 - C = CH - CH2 – OH
                            CH3                                          CH3

Gambar 1. Struktur Kimia Geraniol

Sitronellol (C10H20O) disebut juga dihydrogeraniol adalah suatu monoterpenoid alami. Rumus bangunnya adalah sebagai berikut :

CH3 - C = CH - CH2 --- CH2 - CH - CH2 - CH2 - OH
                        CH3                                            CH3
Gambar 2. Struktur Kimia Sitronellol
Sitronellal (C10H16O) rumus bangunnya adalah sebagai berikut :
CH3 -C = CH - CH2 --- CH2 - C = CH - C – H
                            CH3                                CH3
Gambar 3. Struktur Kimia Sitronellol
Karena karakteristik dari senyawa citral ini adalah berbau lemon, maka citral sangat penting dalam industri makanan, dan penyedap rasa. Citral juga dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat-obatan, parfum, dan industri kosmetik. Komponen kimia dalam minyak sereh salah satunya adalah sitronellal dan geraniol yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan parfum, selain itu minyak sereh juga digunakan secara meluas untuk detergen, pembersih lantai, aerosol, obat sakit kepala, sakit gigi, ramuan air mandi, anti inflamasi, stomokik (penambah nafsu makan), antipiretik (penurun panas), dan analgesic. (Fransiska, 2008).

2.2    Ekstraksi
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut menguap banyak diterapkan diberagai negara karena merupakan teknik yang lebih maju. Produk yang dihasilkan berupa konkrit dengan bau minyak yang hampir sama dengan bau minyak alamiah. Cara kerja esktraksi dengan menggunakan pelarut menguap cukup sederhana, yaitu dengan cara memasukkan sampel yang akan diekstraksi kedalam ketel ekstraksi khusus, dan kemudian ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut. Pelarut akan berpenetrasi kedalam sampel dan 2 melarutkan minyak beserta beberapa jenis lilin dan zat warna (Guenther, 2011).

2.3    Dekantasi
Salah satu cara pemisahan yang paling mudah dan sederhana ialah Dekantasi. Dekantasi adalah suatu cara pemisahan fluida berdasarkan perbedaan densitasnya. Caranya dengan menuangkan cairan perlahan-lahan sehingga endapan tertinggal di bejana. Cara ini dapat dilakukan jika endapan mempunyai ukuran partikel yang besar dan massa jenisnya pun besar, sehingga dapat terpisah dengan baik terhadap cairannya. Jika massa jenis dan dengan ukuran partikel relatif kecil sehingga ada sebagan padatan yang melayang atau mengapung maka cara pemisahan yang paling tepat adalah dengan penyaringan atau sentrifugasi. Contoh dekantasi ialah antara air dan pasir atau campuran suspensi lain antara padatan dan cairan. Bahkan dekantasi dapat dilakukan antara dua cairan yang tak bercampur seperti air dan minyak.


2.4    Aplikasi Industri
Pada skala industri pengaplikasian ekstraksi dilakukan untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan, dalam hal ini dapat berupa minyak atsiri, geraniol, sitronelal ataupun zat lainnya yang diperlukan dalam skala industri. Biasanya zat yang didapat akan diolah lagi untuk dijadikan produk yang lebih bermanfaat, seperti pembuatan parfum dan lotion. (Aryani, 2008)

































BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1    Diagram Alir
3.1.1 Diagram Alir Persiapan Bahan
 Adapun diagram alir dari persiapan bahan ialah sebagai berikut :


Gambar 4 Diagram Alir Persiapan Bahan












3.1.2 Diagram Alir Ekstraksi Minyak Star Anise

Gambar 5 Diagram Alir Ekstraksi Minyak Atsiri






3.1.3 Diagram Alir Analisa Hasil

Gambar 6 Diagram Alir Uji Densitas


Gambar 7 Diagram Alir Uji Indeks Bias
3.2    Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.             Alat destilasi
2.             Ayakan (Screener)  80 mesh
3.             Erlenmeyer
4.             Hot plate
5.             Labu leher tiga
6.             Magnetic stirrer
7.             Neraca analitik
8.             Porselen
9.             Termometer
3.2.1 Bahan
1.             Aquades
2.             Larutan n-hexane
3.             Star anise

3.3    Prosedur Percobaan
Pada percobaan kali ini pertama-tama menghaluskan bunga star anise  dengan menggunakan blender sampai terlihat halus lalu mengayak sampel tersebut dengan ukuran 80 mesh, lalu menimbang sampel yang telah diayak pada neraca analitik seberat 40 gram. Setelah itu memasukkan sampel yang sudah ditimbang dan larutan n-hexane sebanyak 300 ml ke dalam labu leher tiga, lalu melakukan pengadukan pada labu leher satu selama kurang lebih satu jam dengan menggunakan magnetic stirrer diatas hot plate dan menjaga suhu tetap pada 400 C,penghitungan waktu satu jam dimulai saat suhu larutan telah mencapai 400 C, lalu setelah pengadukan kurang lebih satu jam maka minyak atsiri akan terekstrak dari sampel lalu mendestilasi hasil hingga minyak atsiri terpisah dengan pelarutnya.
Analisa hasil minyak atsiri yang didapat meliputi uji densitas dan indeks bias. Pada pengujian densitas digunakan gelas ukur 10 ml dengan cara menimbang gelas ukur kosong pada neraca analitik sebagai a gram, lalu menimbang gelas ukur yang telah diisi minyak  sebagai b gram, massa minyak ialah hasil pengurangan dari massa b gram-a gram, setelah itu menguji indeks bias minyak atsiri dengan menggunakan refraktometer yaitu membersihkan terlebih dahulu prisma dengan aquades, lalu mengeringkannya dan mengolesi ke prisma dengan minyak atsiri dan mencari batas hitam putih pada lensa dan setelah terlihat alat akan menunjukkan berapa indeks bias minyak atsiri tersebut.


3.4    Gambar Alat

Gambar 8 Alat Ekstraksi Minyak Atsiri


Gambar  9  Destilasi Ekstrak Minyak Atsiri

3.5    Variabel Percobaan
Dalam percobaan kali ini yang menjadi variable tetapnya adalah n-hexana dan yang berperan sebagai variable berubahnya adalah waktu pada saat destilasi.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun data hasil dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Data Hasil Percobaan Ekstraksi dengan Standar Literatur
No.
Data
Percobaan
Standar Literatur
1
Densitas
0.85 gr/cm3
0.98 gr/cm3
2
Indeks Bias
1.5175
1.5
3
% Rendemen
9.79%
-

4.2 Pembahasan
Pada praktikum berjudul “Ekstraksi Minyak Atsiri” yang telah dilakukan oleh praktikan, dilakukan metode maserasi yang dipercepat dengan pemanasan. Pada dasarnya, maserasi dilakukan pada suhu kamar. Fungsi pemanasan pada maserasi diharapkan akan memberikan dampak pada semakin cepatnya proses ekstraksi yang terjadi. Biasanya maserasi membutuhkan waktu sekitar semalaman untuk dapat mengekstrak sampel. Namun dengan pemanasan proses ekstraksi dapat berjalan lebih cepat. Pada pemanasan, suhu dijaga pada 40° C, hal ini dilakukan untuk menjaga agar pelarut n-hexane tidak menguap, titik didih n-heksana menurut literatur dan MSDS (Material Safety Data Sheet) adalah sebesar 69° C. Pada proses maserasi dipercepat dilakukan juga pengadukan menggunakan magnetic stirer, pengadukan ini dilakukan agar minyak atsiri yang dihasilkan lebih banyak. Pada proses maserasi dipercepat ini juga terjadi perubahan warna pada saat pengekstraksian sampel star anise dengan massa 40 gr dan menggunakan pelarut n-hexane sebanyak 300 ml, warna pencampuran bahan adalah coklat pekat condong mendekati warna hitam, hal ini terjadi karena warna star anise yang sebelumnya telah ditumbuk dan dihaluskan menggunakan ayakan berwarna coklat pekat, terlihat seperti susu coklat bubuk, bercampur dengan larutan n-heksana yang sebelumnya bening. Proses ekstraksi dilakukan selama satu jam dengan menjaga suhu tetap pada 40° C, setelah proses ekstraksi selesai, dilanjutkan dengan penyaringan pada kertas saring hingga residu terpisah dengan larutan. Selanjutnya residu dioven agar kering dan ditimbang pada neraca analitik. Residu yang telah ditimbang pada neraca analitik dianggap masih memiliki kandungan minyak atsiri didalamnya, karena residu yang dihasilkan masih memiliki wangi khas star anise yang kuat. Kemudian larutan yang telah disaring dilanjutkan ke proses destilasi. Proses ini bertujuan untuk memisahkan hasil minyak atsiri yang telah didapat dengan larutan n-heksana. Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggunakan perbedaan titik didih larutan. Karena titik didih larutan n-heksana lebih rendah maka larutan tersebut akan perlahan-lahan menguap dan lambat laun akan terpisah semuanya. Proses ini dilakukan hingga larutan n-heksana tidak ada lagi yang menetes. Sebelum dilakukan proses destilasi, warna larutan adalah kekuningan, dan setelah larutan n-heksana telah terpisah seluruhnya dari minyak atsiri star anise warna larutan berubah menjadi hijau pekat, dan minyak atsiri yang dihasilkan sangat sedikit, hanya 4,6 ml. Hal ini bisa dikarenakan pada proses ekstraksi yang tidak berjalan maksimal, mengingat residu yang dihasilkan juga masih memiliki wangi khas star anise, bisa juga karena pengadukan yang dilakukan pada proses ekstraksi tidak berjalan konstan, sehingga proses ekstraksi juga tidak berjalan maksimal. Selain itu bisa juga karena waktu pengekstraksian star anise yang kurang, sehingga minyak atsiri yang terkandung dalam star anise tidak dapat terekstrak semuanya, itulah alasan kenapa residu star anise yang dihasilkan masih memiliki wangi yang khas. Setelah proses destilasi, volume n-hexane berkurang dari yang semula 300 ml menjadi 175 ml. Hal ini dapat terjadi karena n-heksana memiliki sifat yang mudah menguap. Pada proses penyaringan residu memungkinkan terjadinya penguapan larutan n-heksana, gelas beker lupa ditutup. Lalu pada residu yang dihasilkan dari proses penyaringan juga dikhawatirkan masih terdapat larutan n-heksana, karena residu yang dihasilkan sedikit basah. Setelah hasil ekstraksi star anise didapat sebesar 4.6 ml, dilakukanlah proses uji mutu, uji mutu yang dilakukan adalah uji densitas, indeks bias dan % rendemen. Pada uji densitas sampel yang diperlukan adalah massa minyak atsiri yang dihasilkan sebesar 3.92 gr dengan volume minyak atsiri sebesar 4.6 ml. Rumus densitas adalah massa dibagi dengan volume, lalu didapatkan hasil densitas minyak atsiri star anise percobaan sebesar 0.85 gr/cm3 sedangkan pada literatur adalah sebesar 0.98 gr/cm3. Hal ini dapat terjadi karena massa dan volume minyak atsiri yang dihasilkan tidak maksimal. Tidak maksimalnya hasil minyak atsiri yang didapat telah dijelaskan sebelumnya seperti pengadukan yang tidak konstan serta waktu ekstraksi yang dilakukan kurang. Selanjutnya uji indeks bias, pada proses ini dilakukan menggunakan alat refraktometer, alat ini bertujuan untuk mempermudah praktikkan dalam menghitung besar indeks bias. Dari uji indeks bias didapatkan data indeks bias sebesar 1.5175, data pada literatur sebesar 1.5. Pada literatur terdapat nilai koreksi berdasarkan diap perubahan sebesar satu derajat celcius. Terjadi kesalahan selama praktikum, karena prosedur untuk mencatat suhu ruangan selama praktikum. Selanjutnya uji % rendemen, uji ini dilakukan untuk mengetahui kadar minyak yang terkandung didalam sampel star anise  yang telah diekstrak. Pada uji ini didapat data sebesar 9.790 %. Jadi kadar minyak atsiri yang terkandung dalam 40 gr sampel star anise hanya 9.790 %. Kami tidak dapat menemukan data literatur untuk membandingkan data percobaan yang didapatkan pada saat praktikum. Berikut ada beberapa pengambilan gambar pada saat praktikum :
Gambar 10 Residu
Pada residu yang dihasilkan, warnanya masih terlihat sama seperti sebelum diekstrak, namun ada perbedaan besar terhadap wangi khas dari stars anise yang sudah mulai berkurang akibat minyak atsiri yang memiliki wangi khas tersebut telah terekstrak sebagian.
Gambar 11 Hasil Ektraksi Yang Telah Disaring
Dari gambar diatas terlihat bahwa hasil ekstraksi yang telah disaring residunya akan menghasilkan campuran larutan n-hexane dan minyak atsiri yang berwarna kekuning-kuningan. Setelah larutan tersebut didestilasi, maka akan terpisah antara larutan n-hexane dan minyak atsirinya, setelah proses destilasi minyak atsiri yang dihasikan berwarna hijau gelap dan volumenya yang sangat sedikit seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Laporan Praktikum Kimia Organik "Ekstraksi""

Posting Komentar