Laporan Praktikum Kimia Organik "Sintesis Aspirin"
Abstrak
Aspirin
atau asam asetil salisilat
(asetosal) adalah sejenis obat
turunan dari salisilat.
Aspirin dibuat dengan reaksi esterifikasi. Tujuan dilakukannya praktikum ini
yaitu untuk mempelajari reaksi esterifikasi gugus fenol serta untuk menentukan
pengaruh katalis asam pada pembuatan aspirin. Dalam bidang farmasi, sifat
aspirin yang analgesik (penahan rasa sakit
atau nyeri minor), anti-inflamasi (peradangan) dan antipiretik (terhadap demam)
banyak digunakan sebagai obat untuk mengobati demam, influenza, sakit kepala,
sakit otot, sendi, gigi bahkan untuk mencegah serangan jantung. Prosedur yang dilakukan yaitu
mula-mula memasukkan 2 g asam salisilat dan 3 tetes asam sulfat 97% pada
percobaan 1 dan 5 tetes pada percobaan 2 . Lalu memasukkan 3 mL anhidrida
asetat melalui dinding tabung reaksi dan memanaskannya pada suhu 70° C selama
15 menit. Lalu menambahkan 15 mL air dan membiarkan tabung hingga dingin. Bila
sudah mulai terbentuk kristal maka dimasukkan ke dalam bak berisi es selama 15
menit. Kemudian menyaring kristal dengan kertas saring dan pompa vakum dan mengeringkannya
menggunakan oven. Lalu memasukkan produk aspirin ke dalam erlenmeyer sambil menambahkan
5 mL etanol – air 25% dan air panas sebanyak 20 mL. Kemudian menyaring kembali filtrat
yang telah dingin dan terkristalisasi sempurna menggunakan corong Firsch dan
pompa vakum (rekristalisasi). Dan mengeringkannya lagi menggunakan oven. Terakhir,
menimbang produk aspirin yang telah kering dan menentukan titik lelehnya. Hasil
yang diperoleh berupa massa aspirin pada percobaan 1 sebanyak 1,74 g dan 1,40 g
pada percobaan 2. Sedangkan untuk leleh pada percobaan 1 yaitu 1200C
dan pada percobaan 2 yaitu 1400C.
Kata kunci : Anhidrida
asetat, asam salisilat, aspirin, esterifikasi
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBICARAAN AWAL.................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBICARAAN AKHIR.................................. iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................... v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah..................................................................................... 2
1.3 Tujuan
Percobaan...................................................................................... 2
1.4 Ruang
Lingkup Percobaan........................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Aspirin.................................................................................... 3
2.2 Pembuatan
Aspirin.................................................................................... 3
2.3 Kristalisasi 4
2.4 Rekristalisasi............................................................................................. 4
2.5 Manfaat
Aspirin........................................................................................ 5
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Diagram
Alir............................................................................................... 6
3.2 Alat
dan Bahan.......................................................................................... 10
3.3 Prosedur
Percobaan................................................................................ 11
3.4 Gambar
Alat........................................................................................... 12
3.5 Variabel
Percobaan................................................................................. 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Percobaan...................................................................................... 14
4.2 Pembahasan............................................................................................ 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.................................................................................................
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
a. Perhitungan
b.
MSDS
c. Jurnal
d.
Fotokopi Log Book
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1.
Hasil Percobaan...........................................................................................
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Reaksi total sintesis aspirin.....................................................................
Gambar 2.
Diagram alir percobaan 1........................................................................
Gambar 3. Diagram
alir percobaan 2........................................................................
Gambar 4.
Diagram alir penentuan titik leleh..........................................................
Gambar 5.Penyaring
vakum.....................................................................................
Gambar 6.
Pipa kapiler.............................................................................................
Gambar 7.
Water bath..............................................................................................
Gambar 8. Kristalisasi
aspirin percobaan 1..............................................................
Gambar 9.
Kristalisasi aspirin percobaan 2..............................................................
Gambar 10.
Proses penyaringan aspirin...................................................................
Gambar 11.
Residu..................................................................................................
Gambar 12.Rekristalisasi
aspirin..............................................................................
Gambar 13.
Produk aspirin percobaan 1..................................................................
Gambar 14.
Produk aspirin percobaan 2..................................................................
Gambar 15.
Penentuan titik leleh aspirin.................................................................
Gambar 16.
Percobaan titrasi...................................................................................
Gambar 17.
Hasil percobaan titrasi..........................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Aspirin ditemukan oleh Bayer pada tahun
1893. Aspirin merupakan obat yang tertua ditemukan dan banyak dikonsumsi
sebagai obat dan diproduksi di US sebanyak 10.000 juta kg/tahun. Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah sejenis obat
turunan dari salisilat
yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik
(penahan rasa sakit
atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi
(peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan
dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung.
Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918
ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.
Aspirin
dapat disintesis dari asam salisilat dan asam asetat anhidrat dengan dibantu
dengan asam sulfat pekat. Sintesis aspirin merupakan
suatu proses dari esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi
antara asam karboksilat dengan suatu alkohol membentuk suatu ester.
Aspirin merupakan salisilat ester yang dapat disintesis dengan
menggunakan asam asetat (memiliki gugus
COOH) dan asam salisilat (memiliki gugus
OH). Asam salisilat dicampur dengan asam asetat anhidrat, menyebabkan
reaksi menghasilkan aspirin dan asam asetat, yang merupakan produk
sampingan. sejumlah kecil asam sulfat umumnya digunakan sebagai
katalis. Hal ini dilakukan pertama kali oleh Felix
Hofmann dari perusahaan Bayer, Jerman.
Dalam bidang farmasi, sifat aspirin yang
analgesik, anti-inflamasi dan antipiretik banyak digunakan sebagai obat untuk
mengobati demam, influenza, sakit kepala, sakit otot, sendi, gigi dan
sebagainya. Aspirin
yang sekarang sedang dikembangkan ini memiliki efek antikoagulan dan dapat
digunakan dalam dosis rendah dengan waktu lama untuk mencegah serangan jantung.
Oleh
karena pentingnya aspirin dalam kehidupan sehari-hari maka perlu dilakukan
praktikum ini yang bertujuan untuk melakukan sintesis aspirin asam salisilat
dan asetat anhidrat dengan metode esterifikasi.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari latar belakang yang telah
dikemukakan diatas maka diperoleh rumusan masalah yaitu apa yang dimaksud
dengan aspirin, bagaimana cara mensintesis senyawa aspirin dari asam salisilat dengan
menggunakan katalis asam serta
aplikasinya dalam kehidupan.
1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan dari praktikum ini
yaitu untuk mempelajari reaksi esterifikasi gugus fenol, menentukan pengaruh
katalis asam pada pembuatan aspirin, menentukan berat aspirin yang diperoleh,
titik lelehnya serta analisis kandungan dari sampel aspirin tersebut.
1.4 Ruang Lingkup Percobaan
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium
Rekayasa Produk dan Integrasi Proses. Adapun bahan-bahan yang digunakan diantaranya
yaitu asam salisilat, asam sulfat (H2SO4) 97%, anhidrida
asetat, dan etanol – air 25%. Metode yang digunakan yaitu kristalisasi dan
rekristalisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Aspirin
Aspirin atau asam asetil salisilat
(asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat. Aspirin dibuat dengan reaksi
asetilasi. Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus asetil
kedalam suatu substrat yang sesuai. Gugus asetil adalah R-COO-
(dimana R merupakan alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil
salisilat atau acetylsalicylic acid,
dapat dibuat dengan cara asetilasi senyawa phenol
(dalam bentuk asam salisilat) menggunakan anhidrida asetat dengan bantuan
sedikit katalis yaitu asam sulfat pekat.
Pada pembuatan aspirin, asam salisilat (o-hydroxiy
benzoic acid) berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada
gugus hidroksi.
2.2 Pembuatan
Aspirin
Aspirin
dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat
dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat
penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus
–OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi
yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul
asam karboksilat. Berikut ini beberapa cara atau metode yang ditemukan oleh
beberapa tokoh :
a) Sintesis
Aspirin menurut Kolbe
Pembuatan
asam salisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe, metode ini ditemukan oleh ahli
kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe. Pada sintesis ini, sodium phenoxide dipanaskan bersama CO2
pada tekanan tinggi, lalu ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat.
Asam salisilat yang dihasilkan kemudian di reaksikan dengan asetat anhidrat
dengan bantuan asam sulfat sehingga dihasilkan asam asetil salisilat dan asam
asetat.
b) Sintesis
Aspirin Setelah Modifikasi Sintesis Kolbe oleh Schmitt
Larutan
sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated ball mill yang memiliki
tekanan vakum dan panas (130oC). Sodium
phenoxide berubah menjadi serbuk halus yang kering, kemudian dikontakkan
dengan CO2 pada tekanan 700 kPa dan temperatur 100oC
sehingga membentuk sodium salisilat. Sodium salisilat dilarutkan keluar dari mill lalu dihilangkan warnanya dengan
menggunakan karbon aktif. Kemudian ditambahkan asam sulfat untuk mengendapkan
asam salisilat, asam salisilat dimurnikan dengan sublimasi.
Untuk
membentuk aspirin, asam salisilat di reflux
bersama asetat anhidrat di dalam pelarut toluen selama 20 jam. Campuran reaksi
kemudian di dinginkan dalam tangki pendingin aluminium, asam asetil salisilat
mengendap sebagai kristal besar. Kristal dipisahkan dengan cara filtrasi atau
sentrifugasi, dibilas, dan kemudian dikeringkan. Berdasarkan proses ini, untuk
menghasilkan 1 ton asam salisilat, dibutuhkan phenol 800 kg, NaOH 350 kg, CO2
500 kg, Seng 10 kg, Seng Sulfat 20 kg, dan karbon aktif 20 kg. (George Austin, 1984 ).
Aspirin dapat disintesis dari asam
salisilat, yaitu dengan mereaksikannya dengan anhidrida asetat, hal ini
dilakukan pertama kali oleh Felix Hofmann dari perusahaan Bayer, Jerman. Pada pembuatan
aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Ester merupakan turunan asam karboksilat yang
gugus – OH dari karboksilnya diganti dengan gugus – OR dari
alkohol. Ester dapat dibuat dari asam dengan alkohol, atau dari anhidrida
asam dengan alcohol. Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang
mengandung gugus -CO2R dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Alkohol
dengan asam karboksilat dan turunan asam karboksilat membentuk ester asam
karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi esterifikasi. (Fessenden & Fessenden, 1986).
Esterifikasi berkataliskan asam
merupakan reaksi yang reversible. Anhidrida asam ialah turunan dari asam dengan
mengambil air dari dua gugus karboksil dan menghubungkan fragmen-fragmennya. Esterifikasi atau pembentukan ester terjadi jika asam
karboksilat dipanaskan bersama
alkohol primer atau sekunder dengan sedikit asam mineral sebagai katalis. Produksi ester secara industri
dilakukan dengan mereaksikan anhidrida
asam dengan alkohol. Ester yang dibuat dengan cara ini adalah asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal dengan aspirin.
Aspirin dibuat
dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan
katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam
salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH.
Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda.
Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam
karboksilat. Berikut merupakan reaksi esterifikasi pada sintesis aspirin:
Gambar
1. Reaksi total sintesis aspirin
2.3 Kristalisasi
Kristalisasi adalah
suatu pembentukan partikel padatan didalam sebuah fasa homogen pembentukan
dapat terjadi dari fasa uap, seperti pada proses pembentukan kristal salju atau
sebagai pemadatan suatu cairan pada titik lelehnya atau sebagai kristalisasi
dalam suatu larutan (cair). Metoda
kristalisasi yang biasa digunakan adalah :
1. Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya
berkurang drastis dengan menurunnya temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan
pendinginan larutan panas yang jenuh.
2. Penguapan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan
menurunnya suhu kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagian
pelarut (pemekatan larutan).
3. Penguapan
pendinginan
Penguapan pendinginan adalah gabungan
dari kedua metode diatas. Dalam hal ini larutan panas yang jenuh dialirkan kedalam sebuah ruang yang
divakumkan. Sebagian pelarut menguap. Panas penguapan diambil dari larutan
itu sendiri, sehingga larutan menjadi
dingin dan lewat jenuh. Metoda ini disebut juga dengan kristalisasi vakum.
4. Penambahan
bahan lain
Untuk pemisahan
bahan organik (zat warna) dari larutan-larutan akuatik,seringkali ditambahkan suatu garam
yang harganya murah (misal NaCl). Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang diinginkan, sehingga terjadi
pendesakan yangmembuat bahan padat
terkristalisasi. Proses ini disebut pendesakan oleh garam. Keadaan lewat
jenuh dapat pula dicapai dengan reaksi kimia, bahan yang telah dilarutkan
diubah secara kimia dengan penambahan bahan lain, sehingga
membentuk bahan baru yang tidak larut dalam pelarut yang bersangkutan.
Proses kristalisasi inidisebut dengan
presipitasi.
Pembentukan kristal adalah suatu
proses yang pada dasarnya berlangsung dalam 2 tahap yaitu :
1. Pembentukan
kristal
Pembentukan inti adalah langkah pertama kristalisasi. Inti
kristal adalah partikel- partikel kristal yang amat kecil, yang dapat
terbentuk secara spontan sebagai akibat darikeadaan larutan yang lewat jenuh.
Inti ini dihasilkan dengan cara memperkecil kristalyang ada dalam alat
kristalisasi (kristalisator) atau dengan menambahkan benih kristalkedalam
larutan lewat jenuh. Partikel-partikel padat asing (komponen impurities)
dapat juga berfungsi sebagai inti kristal. Semakin banyak inti kristal
yang terbentuk semakinhalus butir hasil
kristalisasi.
2. Pertumbuhan kristal
Pertumbuhan
kristal, merupakan penggabungan dari dua proses yaitu:
a.
Transportasi molekul-molekul atau ion-ion (dari bahan
yang akandikristalisasi)
dalam larutan ke permukaan kristal dengan cara difusi. Proses
ini berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan
semakin besar.
b.
Penempatan
molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal , semakin luas permukaan
total kristal, semakin banyak bahan yang dapat ditempatkan pada kisikristal persatuan waktu.
2.4 Rekristalisasi
Rekristalisasi
merupakan cara yang paling efektif untuk memurnikan zat – zat organik dalam
bentuk padat. Oleh karena itu teknik ini secara rutin digunakan untuk pemurnian
senyawa hasil sintesis atau hasil isolasi dari bahan alami, sebelum dianalisis
lebih lanjut, misalnya dengan instrumebn spektoskopi seperti UV, IR, NMR, dan
MS.
Sebagai
metode pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang panjang seperti
distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah dikenalkan,
rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian sebab
kemudahannya ( tidak perlu alat khusus ) dan karena keefektifannya. Kedepannya
rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan.
Metode
ini sederhana, material padatan ini terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu
tinggi ( pada atau dekat titik didih pelarutnya ) untuk mendapatkan jumlah
larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas perlahan didinginkan,
Kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu
diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena
konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh. (Ilham, 2011)
2.5 Manfaat
Aspirin
Aspirin
digunakan sebagai analgesik untuk nyeri dari berbagai penyebab (sakit kepala,
nyeri tubuh, arthritis, dismenore, neuralgia, gout, dan sebagainya), dan untuk
kondisi demam, aspirin juga berguna dalam mengobati penyakit rematik, dan
sebagai anti-platelet (untuk mengencerkan darah dan mencegah pembekuan darah)
dalam arteri koroner (jantung) dan di dalam vena pada kaki dan panggul. Ada
juga artikel yang ditulis dalam literatur medis mendalilkan penurunan kejadian
kanker usus besar di antara mereka yang secara teratur mengonsumsi aspirin pada
dosis tertentu. Saat ini banyak dokter dan pasien yang menggunakan aspirin
dosis rendah (baby Aspirin atau Aspirin berdosis 81 mg) setiap hari untuk
mengurangi kemungkinan mendapatkan serangan jantung dan stroke melalui aksi
anti-plateletnya (pengencer darah dan mencegah pembekuan darah). (Muchiagloss, 2013)
Aspirin
juga telah digunakan untuk mengatasi anak-anak yang mengalami Sindrom Bartter,
dan juga dalam meningkatkan penutupan Patent Ductus Arteriosus (PDA),
hubungan abnormal antara aorta (arteri utama terhubung ke jantung) dan arteri
pulmonalis (untuk paru-paru) pada bayi baru lahir. Jika PDA tidak menutup
secara normal, operasi mungkin diperlukan untuk menutupnya (menutup dengan cara
menjahit) sebelum anak memasuki usia sekolah.
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Diagram
Alir
Adapun diagram alir dari percobaan ini adalah
sebagai berikut:
3.1.1
Percobaan
|
5 tetes H2SO4
97%
3 mL anhidrida asetat
|
|
|
|
|||
Gambar
2.
Diagram alir percobaan 1
|
8 tetes H2SO4
97%
3 mL anhidrida asetat
|
|
|
|
|||
Gambar
2.
Diagram alir percobaan 2
3.1.2
Penentuan
Titik Leleh
|
|
|
|
termometer termometer
Gambar
3.
Diagram alir penentuan titik leleh
3.1.3
Analisis
Kandungan Aspirin
|
10 mL etanol
3 tetes fenolftalein
(PP)
aqua dm
|
|
Gambar
4.
Diagram alir analisis kandungan aspirin
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Alumunium foil 4 lembar
2. Batang
pengaduk 1
buah
3. Bunsen 1 buah
4. Buret 1
buah
5. Corong
Hirsch 1
buah
6. Erlenmeyer
250 mL 3
buah
7. Gelas
ukur 10 mL 1
buah
8. Gelas
ukur 50 mL 2
buah
9. Kaca
arloji 1
buah
10. Kertas
saring 4
buah
11. Penyaring
vakum 1
buah
12. Pipa
kapiler 1
buah
13. Pipet
tetes 1
buah
14. Spatula 1
buah
15. Statif 1
buah
16. Termometer 1
buah
17. Water bath 1
buah
18. Thiele 1
buah
3.2.2Bahan
1. Akuades
2. Anhidrat
asetat 3 mL
3. Asam
salisilat 2 mg
4. Asam
sulfat 97%
5. Etanol
– air 25%
6. Indikator
fenolftalein (pp)
7. NaOH
0,1 M
3.3
Prosedur
Percobaan
Adapun prosedur
yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
3.3.1
Sintesis Aspirin
Pertama,
memasukan 2 g asam salisilat dan 5 tetes asam sulfat (H2SO4)
97% pada percobaan 1 dan 8 tetes pada percobaan kedua kedalam Erlenmeyer 250 mL,
lalu memasukkan 3 anhidrat asetat kedalam tabung reaksi
melalui dinding , kemudian mencelupkan tabung reaksi kedalam water bath pada suhu 70oC
selama 15 menit, menambahkan 15 ml air secara hati-hati dan membiarkan tabung
menjadi dingin (reaksi antara air dan kelebihan anhidrat menimbulkan panas),
kemudian bila terbentuk kristal maka memasukan tabung reaksi kedalam bak berisi
es selama 15 menit untuk menyempurnakan proses kristalisasi, lalu menyaring
kristal dengan corong Hirsch dan pompa vakum kemudian membiarkannya hingga mengering,
lalu memasukkan produk aspirin kedalam erlenmeyer dan menambahkan kira-kira 15
mL etanol-air 25% dan akuades panas tujuannya agar tidak terjadi bumping. Kemudian membiarkan filtrat
menjadi dingin dan bila kristalisasi telah sempurna, melakukan penyaringan kembali
menggunakan corong Hirsch dan pompa vakum. Proses ini disebut dengan
rekristalisasi atau permurnian kristal aspirin. Aspirin tersebut selanjutnya
dikeringkan menggunakan oven selama sekitar 10-15 menit. Terakhir, menimbang produk
aspirin yang telah kering.
3.3.2
Penentuan
Titik Leleh
Pertama,
menyiapkan 2 pipa kapiler, lalu mengisinya dengan sampel aspirin hasil sintetis
sampai padat. Lalu mengikatkan pipa kapiler dengan termometer menggunakan
benang. Kemudian memasukannya ke dalam thiele.
Selanjutnya memanaskan thiele dengan menggunakan
Bunsen. Terakhir, mengamati titik lelehnya dimana ditandai dengan habisnya
aspirin dalam pipa kapiler.
3.3.3
Analisis
Kandungan Aspirin
Pertama,
memasukkan sampel aspirin ke dalam erlenmeyer 250 mL, Kemudian memasukkan 10 mL
etanol dan 3 tetes indikator fenolftalein (PP), serta akuades hingga 50 ml.
Selanjutnya, mentitrasinya dengan NaOH 0,1 M hingga berubah warna. Lalu
mencatat volume titran yang digunakan.
3.4
Gambar
Alat
Gambar
5. Penyaring vakum
Gambar
6. Pipa Kapiler
Gambar
8. Water bath
3.5
Variabel
Percobaan
Dalam percobaan kali ini yang menjadi
variabel tetapnya adalah massa asam salisilat, volume akuades, volume etanol –
air 25% dan volume akuades panas sedangkan yang menjadi variabel berubahnya
adalah jumlah tetesan asam sulfat (H2SO4) 97%.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Percobaan
Adapun
hasil dari praktikum sintesis asiprin adalah sebagai berikut :
Tabel
1. Hasil Percobaan
No
|
Keterangan
|
Literatur
|
Hasil percobaan
|
1
|
Massa aspirin Percobaan 1
|
-
|
1,74 gram
|
2
|
Massa aspirin percobaan 2
|
-
|
1,40 gram
|
3
|
Titik Leleh percobaan 1
|
1360C
|
1200C
|
4
|
Titik Leleh Percobaan 2
|
1360C
|
1400C
|
5.2 Pembahasan
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal
atau aspirin merupakan salah satu senyawa yang secara luas digunakan. Aspirin
digunakan sebagai obat analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi yang sangat
luas digunakan. Aspirin merupakan salah satu bentuk
aromatik asetat yang paling dikenal dapat disintesis dengan reaksi esterifikasi
gugus hidroksi feno dari asam salisilat dengan menggunakan asam asetat.
Sintesis asam asetil salisilat berdasarkan reaksi asetilasi antara asam
salisilat dengan anhidrida asetat dengan menggunakan asam sulfat pekat
sebagai katalisator. Adapun
tahapan dalam pembentukan kristal aspirin adalah sebagai berikut :
·
Anhidrida
asam asetat mengalami resonansi
·
Anhidrida
asam asetat menyerang gugus fenol dari asam salisilat
·
H+
terlepas dari -OH dan berikatan dengan atom O pada anhidrida
asam asetat
·
Anhidrida
asam asetat terputus menjadi asam asetat dan asam asetil salisilat (aspirin)
·
H+
akan lepas dari aspirin
Pembuatan
aspirin ini dilakukan dengan 3 tahap, yaitu pembentukan aspirin (kristalisasi),
pemurnian aspirin (rekristalisasi), dan uji kemurnian aspirin (titik leleh dan
analisis kandungan aspirin).Prosedur pertama yaitu mencampurkan2 gram asam
salisilat dan H2SO4 97% kedalam labu erlenmeyer. Kemudian
menambahkan anhidrat asetat sebanyak 3 mL. Digunakan anhidrat asetat karena
hasil reaksi esterifikasi fenol akan mendapatkan hasil yang lebih baik apabila
digunakan derivat asam karboksilat yang lebih reaktif. Anhidrat asetat
merupakan derivat yang lebih reaktif yang dapat menghasilkan ester asetat.
Anhidrat asetat juga dapat mencegah adanya kandungan air, sebab apabila
terdapat air maka kristal aspirin akan terurai kembali menjadi asam salisilat.
Sedangkan fungsi penambahan H2SO4 97% adalah sebagai
katalis dalam reaksi sintesis asam asetil salisilat dan pemberi suasana asam
karena reaksi berlangsung pada suasana asam. Kemudian memanaskan campuran di water bath selama 15 menit sambil menggoyangkannya.
Tujuan pemanasan di water bath pada
suhu sekitar 700C ini adalah untuk melarutkan kristal aspirin yang
mengendap karena kelarutan akan bertambah seiring dengan naiknya suhu. Hal ini
dikarenakan suhu akan menaikkan energi
aktivasi yang mempercepat gerak
kinetik dari molekul-molekul campuran tersebut. Bukan hanya itu, pemanasan ini juga
dilakukan dengan tujuan menghilangkan zat-zat pengotor yang ada pada campuran
sehingga menghasilkan aspirin dengan tingkat kemurnian yang tinggi. pemanasan
ini juga bertujuan mempercepat kecampuran asam salisilat, dimana hal ini akan
mempengaruhi laju reaksi yang semakin cepat. Pemanasan tidak
boleh dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi karena dapat menyebabkan terjadinya reaksi dekomposisi
yaitu proses penguraian kembali senyawa menjadi senyawa – senyawa penyusunnya.
Setelah
pemanasan, kemudian membiarkan campuran selama beberapa saat pada suhu kamar. Kemudian
menambahkan air pada campuran sebanyak 15 mL secara perlahan dengan tujuan
untuk mengikat kelebihan anhidrida asetat sehingga tidak menggangu jalannya
reaksi. Selanjutnya mendinginkan campuran selama 15 menit di dalam bak es
hingga terlihat adanya endapan berwarna putih. Pendinginan di bak es bertujuan
agar proses kristalisasi berlangsung lebih cepat karena ketika suhu dingin,
molekul-molekul aspirin dalam campuran akan bergerak melambat dan pada akhirnya
terkumpul membentuk endapan. Setelah pembentukan kristal sempurna, kemudian
menyaring kristal aspirin menggunakan corong Hirsch dan pompa vakum. Pengunaan
pompa vakum ini bertujuan untuk mempercepat proses penyaringan sebab
penyaringan secara manual akan memakan waktu yang lama. Selanjutnya
mengeringkan kristal yang telah disaring di dalam oven.
Gambar
9. Kristalisasi Aspirin Gambar
10. Kristalisasi Aspirin
Percobaan 1 Percobaan 2
Gambar
11. Proses penyaringan aspirin Gambar
12. Residu
Pada
proses rekristalisasi aspirin (pemurnian aspirin) langkah pertama yaitu
melarutkan kembali kristal aspirin yang terbentuk ke dalam erlenmeyer sambil menambahkan
etanol – air sebanyak 5 mL. Campuran air – etanol digunakan sebagai pelarut
karena dapat melarutkan pengotor – pengotor dalam kristal. Campuran air –
etanol tidak melarutkan kristal pada suhu rendah sehingga campuran harus
ditambahkan lagi dengan akuades panas sebanyak 20 mL. Dalam hal ini, etanol
berfungsi untuk melarutkan zat pengotor yang bersifat non polar selain
itu juga bertujuan untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan adalah
aspirin. Sedangkan air berfungsi untuk melarutkan zat pengotor yang
bersifat polar. Setelah itu menambahkan akuades panas sebanyak 20 mL. Kemudian
menyaring campuran tersebut kemudian menggunakan corong Hirsch dan pompa vakum.
Gambar
13. Rekristalisasi aspirin
Hasil
aspirin yang diperoleh pada percobaan pertama sebanyak 1,74 gram dan pada
percobaan kedua sebanyak 1,40 gram. Pada percobaan pertama asam sulfat yang
digunakan sebanyak 5 tetes sedangkan pada percobaan kedua sebanyak 8 tetes.
Seharusnya massa aspirin yang dihasilkan pada percobaan kedua lebih banyak
dibandingkan massa percobaan pertama dikarenakan jumlah katalis yang digunakan
lebih banyak. Hal ini dikarenakan proses pemanasan campuran asam salisilat di
percobaan kedua kurang maksimal. Seharusnya proses pemanasan dilakukan selama
15 menit namun pada percobaan kedua proses pemanasan hanya dilakukan selama
sekitar 8 menit. Akibatnya tidak semua asam salisilat melarut. Selama proses
percobaan juga terdapat beberapa kesalahan seperti waktu pemanasan/pendinginan
yang terlalu cepat. Pada
percobaan pertama juga terdapat zat pengotor yang mengakibatkan warna kristal
aspirin tidak putih melainkan berubah menjadi keunguan. Zat pengotor tersebut diperkirakan
berasal dari oven yang berkarat.
`
Gambar
14. Produk aspirin percobaan 1 Gambar
15. Produk aspirin percobaan 2
Pada penentuan titik leleh aspirin hasil percobaan diperoleh
titik leleh pada percobaan pertama sebesar 1200C sedangkan pada
percobaan kedua sebesar 1400C. Hasil yang diperoleh ini tergolong
tidak sesuai dengan literatur. Dimana menurut literatur titik leleh aspirin
adalah sebesar 1360C. Perbedaan yang cukup signifikan dengan
literatur ini dikarenakan tingkat kemurnian aspirin yang rendah serta
ketidaktelitian praktikan pada saat mengukur titik leleh.
Gambar 16. Penentuan
titik leleh aspirin
Pada
analisis kandungan aspirin dilakukan dengan metode titrasi menggunakan NaOH
sampai pada akhirnya semua aspirin telah bereaksi. NaOH akan berwarna merah muda
(pink) ketika bereaksi dengan indikator fenolftalein (PP). Kekuatan aspirin
yang terkandung dalam 0,25 g aspirin setelah titrasi ialah 0,198 gram.
Standar kekuatan aspirin adalah
minimal 5 grains asam asetil salisilat (1 grains = 0,0648 g). Berarti minimal
harus terdapat 0,324 gram asam asetil alisilat. Jadi berdasarkan uji ini,
kandungan aspirin dalam sampel belum memenuhi standar . Hal ini terjadi
karena adanya kemungkinan kesalahan dalam percobaan. Salah satunya adalah
seperti ketidaktelitian praktikan dalam melakukan percobaan, seperti tidak
tepat dalam melakukan penimbangan serta adanya zat pengotor yang dapat mengakibatkan
hasil yang diperoleh kurang valid. Pada penentuan
kandungan aspirin ini didapat data volume NaOH sebagai titran pada sampel 1
sebanyak 11 ml dan pada sampel 2 sebanyak 6 ml. Selanjutnya data tersebut
dihitung untuk mendapatkan nilai kandungan aspirin. Dari perhitungan yang telah
dilakukan, didapatkan data kandungan aspirin pada percobaan 1 sebesar 0,198 gr
dan percobaan 2 sebesar 0,108.
Gambar
17. Percobaan titrasi Gambar 18. Hasil
percobaan titrasi
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari
percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
a) Reaksi
asam salisilat dengan anhidrida asetat merupakan reaksi esterifikasi.
b) Massa
aspirin pada percobaan pertama ialah 1,74 gram sedangkan massa aspirin pada
percobaan kedua ialah 1,4 gram.
c) Titik
leleh aspirin dari hasil percobaan pertama ialah 1200C sedangkan
untuk percobaan kedua ialah 1400C.
d) %
kesalahan pada percubaan pertama dan kedua ialah 11,76 % dan -2,94 %.
e) %
yield dari hasil percobaan pertama dan kedua ialah 136,55% dan 169,7%.
f) Kekuatan
aspirin percobaan pertama dan kedua ialah 0,198 gram dan 0,108 gram.
5.1 Saran
Adapun saran untuk praktikan modul
sintesis aspirin berikutnya yaitu:
a) Agar
menggunakan katalis asam kuat lainnya, misalnya H3PO4.
b) Agar
pada saat pengeringan di oven, oven dialasi dengan kertas terlebih dahulu
supaya kristal aspirin tidak terkontaminasi dengan zat lain.
c) Agar
waktu pemanasan dibuat lebih lama supaya reaksinya lebih optimum.
d) Agar
proses pendinginan setelah pemanasan dibuat lebih lama dengan waktu yang
spesifik supaya seluruhnya mengkristal.
e) Agar
saat pengujian titik leleh pipa kapiler lebih dimampatkan lagi agar tidak ada
udara yang tersisa yang dapat mengganggu saat pengujian berlangsung.
DAFTAR
PUSTAKA
Austin,
George T. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries 5th
ed. McGraw-Hill Book Co. : Singapura.
Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia
Organik Jilid 2 Edisi 3. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Furniss, Brian S. 1989. Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry 5th Edition-Revised
(page 135 -151, 236-240) . Longman Scientific & Technical, Essex,
England.
Habib. 2012. Reaksi
Sintesis Aspirin, http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/,
08 Mei 2015
Muchiagloss.
(2013, April 18). Manfaat Aspirin. Retrieved from Medicalera: http://medicalera.com/3/3414/manfaat-aspirin
Puteri, R.
F. (2013, April 18). Pembuatan Aspirin. Retrieved from Scribd:
http://id.scribd.com/doc/90675145/Pembuatan-Aspirin
Rochmat, Agus dkk. 2015. Modul Praktikum
Kimia Organik . Fakultas Teknik, UNTIRTA: Cilegon.
0 Response to "Laporan Praktikum Kimia Organik "Sintesis Aspirin""
Posting Komentar