Laporan Praktikum Kimia Organik "Ekstraksi"
Abstrak
Minyak atsiri didefinisikan sebagai
produk hasil penyulingan dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak
atsiri dapat mengandung puluhan atau ratusan bahan campuran yang mudah menguap
(volatile) dan bahan campuran yang tidak mudah menguap (non-volatile),
yang merupakan penyebab karakteristik aroma dan rasanya. Percobaan ini
bertujuan untuk menentukan kadar minyak dalam star anise. Minyak atsiri biasanya digunakan sebagai salah satu
campuran pada bahan baku pada industri kosmetik, sabun dan deterjen, farmasi,
produk makanan dan minuman dan masih banyak produk lainnya. Mula-mula star
anise dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 40 gram, kemudian
diekstraksi selama 1 jam menggunakan pelarut n-heksana. Pelarut lalu dipisahkan
dari minyak atsiri menggunakan kertas saring. Dan terakhir didestilasi selama 2
jam. Hasil yang didapat dari percobaan ini berupa densitas sebesar 0,85 g/cm3,
indeks bias sebesar 1,5175 dan persen rendemen minyak atsiri sebesar 11,6 %.
Kata
Kunci: Destilasi, ekstraksi, minyak atsiri, star anise
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ekstraksi adalah proses
penarikan suatu zat dengan pelarut sehingga terpisah dari bahan yang tidak
sapat larut dengan pelarut cair. Seringkali campuran bahan padat dan cair tidak
dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis.
Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka
terhadap panas, beda sifat-sifat fisikanya terlalu kecil, atau tersedian dalam
konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi
adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis.
Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk
zat organik atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk
kepentingan analisis kimia, bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di
laboratorium.
Ada beberapa metode
dalam melakukan ekstraksi, diantaranya adalah ekstraksi dingin dan ekstraksi
panas. Dari 2 metode tersebut terbagi lagi menjadi metode maserasi, perkolasi,
refluks, soxhlet, digesti, dan infundasi. Pada praktikum kimia organik kali
ini, praktikkan akan menggunakan metode soxhlet. Metode soxhlet ini adalah
proses ekstraksi dimana sampel yang akan di ekstraksi ditempatkan dalam suatu
timbel yang permeable terhadapa pelarut dan diletakkan diatas tabung destilasi,
dididihkan dan dikondensasikan di atas sampel. Kondensat akan jatuh kedalam
timbel dan smerendam sampel dan diakumulasi sekeliling timbel. Setelah sampai
batas tertentu, pelarut akan kembalik masuk ke dalam tabung destilasi secara
otomatis. Proses ini berulang terus dengan sendirinya di dalam alat terutama
dalam peralatan soxhlet yang digunakan.
Aplikasi minyak atsiri
dalam industri adalah sebagai bahan dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi,
sampo, lotion), dalam industri
makanan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa, dalam industri parfum
sebagai pewangi, dalam industri farmasi atau obat-obatan sebagai anti nyeri,
anti infeksi, pembunuh bakteri, dalam industri bahan pengawet dan sebagai
insektisida. Tujuan melakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar
minyak atsiri dalam 40 gr sereh yang menggunakan pelarut n-Hexana.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah yang berkaitan dengan percobaan ini yaitu bagaimana mendapatkan kadar
minyak atsiri yang tinggi dari bunga star
anise melalui proses ekstraksi, pelarut apa yang tepat untuk ekstraksi
minyak atsiri, dan bagaimana mutu minyak atsiri yang dihasilkan melalui
pengujian densitas, indeks bias dan persen rendemen.
1.3
Tujuan
Percobaan
Percobaan
ini bertujuan untuk menentukan kadar minyak dalam bunga star anise.
1.4
Ruang
Lingkup Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan
di Laboratorium Kimia Organik FT. UNTIRTA. Bahan utama yang digunakan dalam percobaan
ini yaitu bunga star anise dan
n-heksana.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Minyak
Atsiri
Negara
kita termasuk negara penghasil minyak atsiri dan minyak ini juga merupakan
komoditi yang menghasilkan devisa negara. Oleh karena itu pada tahun-tahun
terakhir ini, minyak atsiri mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah
Indonesia. Indonesia baru menghasilkan sembilan jenis minyak atsiri yaitu:
minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak nilam, minyak akar wangi, minyak pala,
minyak kayu putih dan minyak sereh wangi. Dari sembilan jenis minyak atsiri ini
terdapat enam jenis minyak yang paling menonjol di Indonesia yaitu: minyak
pala, minyak nilam, minyak cengkeh dan minyak sereh wangi.
Minyak sereh merupakan komoditi di sektor
agrobisnis yang memiliki pasaran bagus dan berdaya saing kuat di pasaran luar
negeri. Tetapi tanaman sereh ini tampaknya masih banyak yang belum digarap
untuk siap diinvestasi. Sebagai contoh tanaman sereh wangi, tanaman penghasil
minyak atsiri yang dalam perdagangan dikenal dengan nama sitronella oil. Nama ini masih asing bagi sebagian orang, sebab
hampir sepuluh tahun lebih sereh wangi luput dari perbincangan dan perhatian
orang. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri meliputi sekitar 200 spesies, 40
spesies diantaranya terdapat di Indonesia (Rusli dan Hobir, 1990).
Jenis
minyak atsiri yang telah diproduksi dan beredar di pasar dunia saat ini
mencapai 70 – 80 macam, 15 macam diantaranya berasal dari Indonesia. Minyak
atsiri digunakan dalam berbagai industri parfum, kosmetik, makanan, minuman dan
obat obatan. Produk dari industri tersebut jenisnya sangat banyak, tetapi
kuantitas minyak atsiri bagi setiap produk relatif sangat kecil. (Regaldo,
2011)
Minyak
atsiri biasa didapatkan dari bahan-bahan diatas yang meliputi pada bagian daun,
bunga, batang dan akar. Dari sekian bahan atsiri diatas yang selama ini mulai
tidak dikembangkan adalah minyak atsiri dari serai wangi, karena untuk
mendapatkan minyak atsiri tersebut menggunakan hydro distillation dan steam
distillation membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu sekitar 4 – 7 jam.
Tanaman serai dibagi menjadi tiga jenis yaitu serai wangi (Cymbopogon
winterianus), serai dapur (Cymbopogon flexuosus) dan rumput
palmarosa (Cymbopogonmartini). ( Yuni, 2013)
Minyak
atsiri yang dikenal sebagai minyak eteris atau minyak terbang dihasilkan oleh
tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Minyak atsiri dapat larut dalam alkohol pada perbandingan dan konsentrasi
tertentu. Dengan demikian dapat diketahui jumlah dan konsentrasi alkohol yang
dibutuhkan untuk melarutkan secara sempurna sejumlah minyak. Selain larut dalam
alkohol, minyak atsiri juga dapat larut di dalam pelarut organik lainnya,
kurang larut dalam alkohol encer dengan konsentrasi kurang dari 70%. Minyak
yang mengandung senyawa terpen dalam jumlah besar akan sulit larut (Meri,
2014).
Komponen kimia minyak
atsiri pada umumnya dibagi menjadi dua golongan, yaitu hydrocarbon, dan
oxygenated hydrocarbon. Persenyawaan yang termasuk golongan
hidrokarbon terbentuk dari unsur
hidrogen
(H), dan karbon (C). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri
terutama terdiri dari persenyawaan terpene, selain itu juga parafin,
olefin, dan hidrokarbon aromatik, sedangkan persenyawaan yang termasuk dalam
golongan oxygenated hydrocarbon terbentuk dari unsur karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O), yaitu persenyawaan alkohol, aldehida, keton,
oksida, ester, dan eter. Sifat-sifat fisis minyak atsiri secara umum adalah
sebagai berikut:
1.
Warna : minyak atsiri yang baru
dipisahkan biasanya tidak berwarna. Oleh karena penguapan, dan mungkin
oksidasi, warnanya dapat bermacam-macam, seperti: hijau, coklat, kuning, biru
,dan merah.
2.
Rasa: bermacam-macam (ada yang manis,
pedas, asam, pahit, dan ada pula yang mempunyai rasa membakar).
3.
Bau : merangsang dan khas untuk tiap
jenis minyak atsiri.
4.
Berat jenis: berkisar antara 0,698-1,188
(gr/cm3) pada 15oC. Kisaran nilai koreksinya adalah antara
0,00042-0,00084 untuk tiap perubahan 1oC.
5.
Kelarutan: tidak larut dalam air, larut
dalam alkohol, eter, kloroform, asam asetat pekat, dan pelarut organik lain;
kurang larut dalam alkohol encer yang kadarnya kurang dari 70%.
6.
Sifat: pelarut yang baik untuk lemak,
minyak, resin, kamfer, sulfur, dan fosfor.
7.
Indeks bias: berkisar antara 1,3-1,7
pada suhu 20oC. Kisaran nilai koreksinya adalah antara
0,00039-0,00049 untuk tiap perubahan 1oC.
Tanaman yang biasanya
menghasilkan minyak atsiri yaitu yang termasuk dalam family pinaceae,
labitae, compositae, myrtaceae, dan umbelliferaceae. Minyak atsiri
terdapat pada setiap bagian tanaman yaitu dari bunga, buah, batang, dan akar.
Salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang mempunyai potensi cukup
besar untuk dikembangkan adalah sereh (cymbopogon winterianus). Sereh
masih belum banyak dibudidayakan di Indonesia karena sebagian besar hanya
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sebagai campuran makanan atau
rempah-rempah. Namun bila tanaman ini diproses, dan diolah, maka akan
mendapatkan potensi ekspor yang cukup besar. Selain sebagai bumbu dapur, sereh
juga dapat diambil minyaknya untuk digunakan berbagai macam kebutuhan. Tanaman
sereh merupakan tanaman tahunan yang tumbuh pada daerah yang tidak tetap atau
hidup meliar, hidup lama, dan kuat. Tanaman ini merupakan semacam rumput,
berumpun banyak, dan mengumpul menjadi gerombol yang besar. Tanaman ini
biasanya mempunyai tinggi berkisar antara 40-70cm, mempunyai daun berwarna
hijau muda, batang tumbuhan tidak berkayu, dan tersusun atas epidermis batang,
jaringan pengangkut, jaringan korteks, dan empulur batang. Pada jaringan
parenkim korteks terdapat sel atau kelenjar minyak, sehingga tumbuhan ini dapat
digunakan untuk membuat minyak atsiri . Cymbopogon
winteranius menghasilkan 75-85% citral dalam minyak atsiri. Citral
adalah gabungan dari dua isomer aldehida monoterpeneacylic. Senyawa citral
ini membentuk turunanturunan lain yaitu sitronella, sitronelol,dan
geraniol. Geraniol (C10H18O) Sering disebut juga sebagai rhodinol
adalah salah satu senyawa monoterpenoid dan alkohol. Senyawa ini
tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam bahan pelarut organik. Baunya
menyengat, dan sering digunakan sebagai parfum. Geraniol merupakan
persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene dan 1 molekul air,
dengan rumus bangun adalah sebagai berikut :
CH3 -
C = CH - CH2
--- CH2 - C = CH - CH2 – OH
CH3 CH3
Gambar
1.
Struktur Kimia Geraniol
Sitronellol (C10H20O)
disebut juga dihydrogeraniol adalah suatu monoterpenoid alami.
Rumus bangunnya adalah sebagai berikut :
CH3 - C = CH - CH2 --- CH2 - CH - CH2 - CH2 - OH
CH3 CH3
Gambar 2. Struktur
Kimia Sitronellol
Sitronellal (C10H16O)
rumus bangunnya adalah sebagai berikut :
CH3 -C = CH - CH2 --- CH2 - C = CH - C – H
CH3 CH3
Gambar 3. Struktur Kimia Sitronellol
Karena karakteristik
dari senyawa citral ini adalah berbau lemon, maka citral sangat
penting dalam industri makanan, dan penyedap rasa. Citral juga
dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat-obatan, parfum, dan industri
kosmetik. Komponen kimia dalam minyak sereh salah satunya adalah sitronellal
dan geraniol yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan parfum,
selain itu minyak sereh juga digunakan secara meluas untuk detergen, pembersih
lantai, aerosol, obat sakit kepala, sakit gigi, ramuan air mandi, anti
inflamasi, stomokik (penambah nafsu makan), antipiretik (penurun panas),
dan analgesic. (Fransiska, 2008).
2.2 Ekstraksi
Metode ekstraksi dengan menggunakan
pelarut menguap banyak diterapkan diberagai negara karena merupakan teknik yang
lebih maju. Produk yang dihasilkan berupa konkrit dengan bau minyak yang hampir
sama dengan bau minyak alamiah. Cara kerja esktraksi dengan menggunakan pelarut
menguap cukup sederhana, yaitu dengan cara memasukkan sampel yang akan
diekstraksi kedalam ketel ekstraksi khusus, dan kemudian ekstraksi berlangsung
secara sistematik pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut. Pelarut akan
berpenetrasi kedalam sampel dan 2 melarutkan minyak beserta beberapa jenis
lilin dan zat warna (Guenther, 2011).
2.3 Dekantasi
Salah satu cara
pemisahan yang paling mudah dan sederhana ialah Dekantasi. Dekantasi adalah suatu cara pemisahan fluida
berdasarkan perbedaan densitasnya. Caranya dengan menuangkan cairan
perlahan-lahan sehingga endapan tertinggal di bejana. Cara
ini dapat dilakukan jika endapan mempunyai ukuran partikel yang besar dan massa
jenisnya pun besar, sehingga dapat terpisah dengan baik terhadap cairannya.
Jika massa jenis dan dengan ukuran partikel relatif kecil sehingga
ada sebagan padatan yang melayang atau mengapung maka cara pemisahan yang paling tepat adalah dengan
penyaringan atau sentrifugasi. Contoh dekantasi ialah antara air dan pasir atau
campuran suspensi lain antara padatan dan cairan. Bahkan dekantasi dapat
dilakukan antara dua cairan yang tak bercampur seperti air dan minyak.
2.4 Aplikasi
Industri
Pada skala
industri pengaplikasian ekstraksi dilakukan untuk mendapatkan senyawa yang
diinginkan, dalam hal ini dapat berupa minyak atsiri, geraniol, sitronelal
ataupun zat lainnya yang diperlukan dalam skala industri. Biasanya zat yang
didapat akan diolah lagi untuk dijadikan produk yang lebih bermanfaat, seperti pembuatan
parfum dan lotion. (Aryani, 2008)
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Diagram
Alir
3.1.1 Diagram Alir Persiapan Bahan
Adapun diagram alir dari persiapan bahan ialah
sebagai berikut :
Gambar
4 Diagram
Alir Persiapan Bahan
3.1.2 Diagram Alir Ekstraksi Minyak Star Anise
Gambar
5 Diagram
Alir Ekstraksi Minyak Atsiri
3.1.3 Diagram Alir Analisa Hasil
Gambar
6 Diagram
Alir Uji Densitas
Gambar
7 Diagram
Alir Uji Indeks Bias
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Alat destilasi
2.
Ayakan (Screener) 80 mesh
3.
Erlenmeyer
4.
Hot plate
5.
Labu leher tiga
6.
Magnetic
stirrer
7.
Neraca analitik
8.
Porselen
9.
Termometer
3.2.1 Bahan
1.
Aquades
2.
Larutan n-hexane
3.
Star
anise
3.3
Prosedur
Percobaan
Pada percobaan kali ini
pertama-tama menghaluskan bunga star
anise dengan menggunakan blender
sampai terlihat halus lalu mengayak sampel tersebut dengan ukuran 80 mesh, lalu
menimbang sampel yang telah diayak pada neraca analitik seberat 40 gram.
Setelah itu memasukkan sampel yang sudah ditimbang dan larutan n-hexane
sebanyak 300 ml ke dalam labu leher tiga, lalu melakukan pengadukan pada labu
leher satu selama kurang lebih satu jam dengan menggunakan magnetic stirrer diatas hot plate dan menjaga suhu tetap pada 400
C,penghitungan waktu satu jam dimulai saat suhu larutan telah mencapai 400
C, lalu setelah pengadukan kurang lebih satu jam maka minyak atsiri akan
terekstrak dari sampel lalu mendestilasi hasil hingga minyak atsiri terpisah
dengan pelarutnya.
Analisa hasil minyak
atsiri yang didapat meliputi uji densitas dan indeks bias. Pada pengujian
densitas digunakan gelas ukur 10 ml dengan cara menimbang gelas ukur kosong
pada neraca analitik sebagai a gram,
lalu menimbang gelas ukur yang telah diisi minyak sebagai b
gram, massa minyak ialah hasil pengurangan dari massa b gram-a gram, setelah
itu menguji indeks bias minyak atsiri dengan menggunakan refraktometer yaitu
membersihkan terlebih dahulu prisma dengan aquades, lalu mengeringkannya dan
mengolesi ke prisma dengan minyak atsiri dan mencari batas hitam putih pada
lensa dan setelah terlihat alat akan menunjukkan berapa indeks bias minyak
atsiri tersebut.
3.4
Gambar
Alat
Gambar
8 Alat
Ekstraksi Minyak Atsiri
Gambar 9 Destilasi
Ekstrak Minyak Atsiri
3.5
Variabel
Percobaan
Dalam percobaan kali ini yang menjadi variable
tetapnya adalah n-hexana dan yang berperan sebagai variable berubahnya adalah
waktu pada saat destilasi.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Adapun
data hasil dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Data
Hasil Percobaan Ekstraksi dengan Standar Literatur
No.
|
Data
|
Percobaan
|
Standar Literatur
|
1
|
Densitas
|
0.85 gr/cm3
|
0.98 gr/cm3
|
2
|
Indeks
Bias
|
1.5175
|
1.5
|
3
|
%
Rendemen
|
9.79%
|
-
|
4.2
Pembahasan
Pada
praktikum berjudul “Ekstraksi Minyak Atsiri” yang telah dilakukan oleh praktikan,
dilakukan metode maserasi yang dipercepat dengan pemanasan. Pada dasarnya,
maserasi dilakukan pada suhu kamar. Fungsi pemanasan pada maserasi diharapkan
akan memberikan dampak pada semakin cepatnya proses ekstraksi yang terjadi.
Biasanya maserasi membutuhkan waktu sekitar semalaman untuk dapat mengekstrak
sampel. Namun dengan pemanasan proses ekstraksi dapat berjalan lebih cepat.
Pada pemanasan, suhu dijaga pada 40°
C, hal ini dilakukan untuk menjaga agar pelarut n-hexane tidak menguap, titik didih
n-heksana menurut literatur dan MSDS (Material
Safety Data Sheet) adalah sebesar 69°
C. Pada proses maserasi dipercepat dilakukan juga pengadukan menggunakan magnetic stirer, pengadukan ini
dilakukan agar minyak atsiri yang dihasilkan lebih banyak. Pada proses maserasi
dipercepat ini juga terjadi perubahan warna pada saat pengekstraksian sampel star anise dengan massa 40 gr dan
menggunakan pelarut n-hexane sebanyak 300 ml, warna pencampuran bahan adalah
coklat pekat condong mendekati warna hitam, hal ini terjadi karena warna star anise yang sebelumnya telah
ditumbuk dan dihaluskan menggunakan ayakan berwarna coklat pekat, terlihat
seperti susu coklat bubuk, bercampur dengan larutan n-heksana yang sebelumnya
bening. Proses ekstraksi dilakukan selama satu jam dengan menjaga suhu tetap
pada 40° C, setelah
proses ekstraksi selesai, dilanjutkan dengan penyaringan pada kertas saring
hingga residu terpisah dengan larutan. Selanjutnya residu dioven agar kering
dan ditimbang pada neraca analitik. Residu yang telah ditimbang pada neraca
analitik dianggap masih memiliki kandungan minyak atsiri didalamnya, karena
residu yang dihasilkan masih memiliki wangi khas star anise yang kuat. Kemudian larutan yang telah disaring
dilanjutkan ke proses destilasi. Proses ini bertujuan untuk memisahkan hasil
minyak atsiri yang telah didapat dengan larutan n-heksana. Prinsip kerja alat
ini adalah dengan menggunakan perbedaan titik didih larutan. Karena titik didih
larutan n-heksana lebih rendah maka larutan tersebut akan perlahan-lahan
menguap dan lambat laun akan terpisah semuanya. Proses ini dilakukan hingga
larutan n-heksana tidak ada lagi yang menetes. Sebelum dilakukan proses
destilasi, warna larutan adalah kekuningan, dan setelah larutan n-heksana telah
terpisah seluruhnya dari minyak atsiri star
anise warna larutan berubah menjadi hijau pekat, dan minyak atsiri yang
dihasilkan sangat sedikit, hanya 4,6 ml. Hal ini bisa dikarenakan pada proses
ekstraksi yang tidak berjalan maksimal, mengingat residu yang dihasilkan juga
masih memiliki wangi khas star anise,
bisa juga karena pengadukan yang dilakukan pada proses ekstraksi tidak berjalan
konstan, sehingga proses ekstraksi juga tidak berjalan maksimal. Selain itu
bisa juga karena waktu pengekstraksian star
anise yang kurang, sehingga minyak atsiri yang terkandung dalam star anise tidak dapat terekstrak
semuanya, itulah alasan kenapa residu star
anise yang dihasilkan masih memiliki wangi yang khas. Setelah proses
destilasi, volume n-hexane berkurang dari yang semula 300 ml menjadi 175 ml.
Hal ini dapat terjadi karena n-heksana memiliki sifat yang mudah menguap. Pada
proses penyaringan residu memungkinkan terjadinya penguapan larutan n-heksana,
gelas beker lupa ditutup. Lalu pada residu yang dihasilkan dari proses
penyaringan juga dikhawatirkan masih terdapat larutan n-heksana, karena residu
yang dihasilkan sedikit basah. Setelah hasil ekstraksi star anise didapat sebesar 4.6 ml, dilakukanlah proses uji mutu,
uji mutu yang dilakukan adalah uji densitas, indeks bias dan % rendemen. Pada
uji densitas sampel yang diperlukan adalah massa minyak atsiri yang dihasilkan
sebesar 3.92 gr dengan volume minyak atsiri sebesar 4.6 ml. Rumus densitas
adalah massa dibagi dengan volume, lalu didapatkan hasil densitas minyak atsiri
star anise percobaan sebesar 0.85 gr/cm3
sedangkan
pada literatur adalah sebesar 0.98 gr/cm3.
Hal ini dapat terjadi karena massa dan volume minyak atsiri yang dihasilkan
tidak maksimal. Tidak maksimalnya hasil minyak atsiri yang didapat telah
dijelaskan sebelumnya seperti pengadukan yang tidak konstan serta waktu
ekstraksi yang dilakukan kurang. Selanjutnya uji indeks bias, pada proses ini
dilakukan menggunakan alat refraktometer, alat ini bertujuan untuk mempermudah
praktikkan dalam menghitung besar indeks bias. Dari uji indeks bias didapatkan
data indeks bias sebesar 1.5175, data pada literatur sebesar 1.5. Pada
literatur terdapat nilai koreksi berdasarkan diap perubahan sebesar satu
derajat celcius. Terjadi kesalahan selama praktikum, karena prosedur untuk
mencatat suhu ruangan selama praktikum. Selanjutnya uji % rendemen, uji ini
dilakukan untuk mengetahui kadar minyak yang terkandung didalam sampel star anise yang telah diekstrak. Pada uji ini didapat
data sebesar 9.790 %. Jadi kadar minyak atsiri yang terkandung dalam 40 gr
sampel star anise hanya 9.790 %. Kami
tidak dapat menemukan data literatur untuk membandingkan data percobaan yang
didapatkan pada saat praktikum. Berikut ada beberapa pengambilan gambar pada
saat praktikum :
Gambar
10 Residu
Pada
residu yang dihasilkan, warnanya masih terlihat sama seperti sebelum diekstrak,
namun ada perbedaan besar terhadap wangi khas dari stars anise yang sudah mulai berkurang akibat minyak atsiri yang
memiliki wangi khas tersebut telah terekstrak sebagian.
Gambar
11 Hasil
Ektraksi Yang Telah Disaring
Dari
gambar diatas terlihat bahwa hasil ekstraksi yang telah disaring residunya akan
menghasilkan campuran larutan n-hexane dan minyak atsiri yang berwarna
kekuning-kuningan. Setelah larutan tersebut didestilasi, maka akan terpisah
antara larutan n-hexane dan minyak atsirinya, setelah proses destilasi minyak
atsiri yang dihasikan berwarna hijau gelap dan volumenya yang sangat sedikit
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
0 Response to "Laporan Praktikum Kimia Organik "Ekstraksi""
Posting Komentar