Laporan Praktikum Kimia Organik "Sintesis Aseton"
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum kimia organik modul
“Aseton”. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sintesis aseton dari reaksi oksidasi
alkohol sekunder dengan oksidator KMnO4.
Pada pembuatan laporan ini, penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini baik secara materiil maupun moril.
Penulis
menyadari bahwa sebagai manusia, tentunya tidak luput dari keterbatasan. Begitu
juga dengan laporan ini yang masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Cilegon,
Juni 2015
Penulis
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bentuk
keto dan bentuk enol pada aseton.............................................
Gambar 2.
Alkilasi pada aseton...............................................................................
Gambar 3.
Diagram alir percobaan1.........................................................................
Gambar 4.
Diagram alir percobaan 2........................................................................
Gambar 5. Rangkaian
alat destilasi..........................................................................
Gambar 6.
Campuran akuades, H2SO4, dan KMnO4..............................................................
Gambar 7.
Proses destilasi.......................................................................................
Gambar 8.
Grafik percobaan 1.................................................................................
Gambar 9. Grafik
percobaan 2.................................................................................
Gambar 10.
Aseton hasil percobaan.........................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Hasil Percobaan Sintesis Aseton.................................................................
Tabel 2.
Data Pengamatan Percobaan Pertama Sintesis Aseton...............................
Tabel
3. Data Pengamatan
Percobaan Kedua Sintesis Aseton
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini, Indonesia masih menggunakan bahan
industri kimia untuk memenuhi
kebutuhan proses produksi perusahaan – perusahaan. Pemanfaatan bahan-bahan industri kimia seperti
industri farmasi dan kosmetik merupakan kebutuhan yang paling sering digunakan. Di dalam industri
kimia, aseton banyak digunakan sebagai bahan intermediet maupun sebagai bahan baku,
bahkan dalam pembuatan plastik, cat dan juga banyak digunakan sebagai pelarut
senyawa organik. Selain industri kimia, aseton juga banyak digunakan dalam
industri serat sintetis, yang digunakan untuk rekayasa rumput sistetis atau
bahan pada pakaian.
Aseton pada umumnya memiliki sifat fisik berbentuk
cairan tak berwarna dan mudah terbakar. Karena mudah terbakar inilah aseton
lebih dihindarkan pada benda bersuhu tinggi. Aseton dapat larut dalam berbagai
jenis senyawa larutan seperti etil alkohol, dietil eter dan air. Sifat inilah
yang menjadikan aseton menjadi bahan pilihan diluar hasil yang bisa diproduksi.
Aseton merupakan bahan untuk pembersih kaca,
tekstil dan epoksi yang umum dipakai oleh masyarakat. Karena sifatnya yang
dapat melarutkan senyawa organik, aseton dapat melepaskan zat-zat organik pada
kotoran bahkan dapat melepaskan lem super kuat. Aseton pun dapat melautkan plastik
dan serat sintetik. Dalam bidang desain interior, aseton dapat berperan dalam
campuran cat atau bahan pelarut untuk cat. Walaupun mudah terbakar, aseton
digunakan secara ekstensif pada proses penyimpanan dan transpor asetilena dalam industri pertambangan. Bejana
yang mengandung bahan berpori pertama-tama diisi dengan aseton, kemudian
asetilena, yang akan larut dalam aseton. Satu liter aseton dapat melarutkan
sekitas 250 liter asetilena.
Kebutuhan aseton di Indonesia terus meningkat setiap
tahunnya. Namun sampai saat ini masih belum ada pabrik yang memproduksi aseton
di Indonesia, sehingga Indonesia masih mengimpor aseton dari negara lain seperti
Amerika Serikat, Belanda, Cina, Korea, Jepang, dan Singapura untuk memenuhi
kebutuhan industri. Oleh karena itu dilakukan percobaan ini yang bertujuan
untuk mensintesis aseton dengan cara mengoksidasi alkohol sekunder.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam percobaan ini yaitu bagaimana proses pembuatan Aseton dari reaksi oksidasi alkohol
sekunder.
1.3
Tujuan Percobaan
Tujuan
percobaan ini adalah untuk mempelajari reaksi
oksidasi, mengetahui proses pembuatan Aseton dari reaksi oksidasi alkohol
sekunder, mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembuatan aseton,
serta untuk menguji kemurnian aseton yang diperoleh.
1.4
Ruang Lingkup Percobaan
Percobaan ini
dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Produk dan Integrasi Proses Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu isopropil alkohol, kristal kalium
permanganat, asam sulfat pekat,
akuades, dan es batu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Aseton
Aseton merupakan keton
yang paling sederhana, digunakan sebagai pelarut polar dalam kebanyakan reaksi
organik. Aseton dikenal juga sebagai dimetil keton, 2-propanon, atau
propan-2-on. Aseton adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan
mudah terbakar, digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan
senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga
dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan
kecil.
Aseton memiliki gugus
karbonil yang mempunyai ikatan rangkap dua karbon-oksigen terdiri atas satu
ikatan σ dan satu ikatan π. Umumnya atom hidrogen yang terikat pada atom karbon
sangat stabil dan sangat sukar diputuskan. Namun lain halnya dengan atom
hidrogen yang berada pada karbon (C) di samping gugus karbonil yang disebut
atom hidrogen alfa (α). Sebagai akibat penarikan elektron oleh gugus karbonil,
kerapatan elektron pada atom karbon α semakin berkurang, maka ikatan karbon dan
hidrogen α semakin melemah, sehingga hidrogen α menjadi bersifat asam dan dapat
mengakibatkan terjadinya substitusi α. Substitusi α melibatkan penggantian atom
H pada atom karbon α dengan elektrofilik (Wade, L.G. 2006:1041-1063).
Aseton mempunyai atom hidrogen α bersifat asam, oleh karena itu dapat terionisasi menghasilkan ion enolat. Ion enolat dapat berada dalam dua bentuk yaitu bentuk keton dan bentuk enol atau disebut dapat terjadi tautomerisasi. Tautomer adalah isomer-isomer pada senyawa karbonil yang hanya dibedakan oleh kedudukan ikatan rangkap dan yang disebabkan perpindahan letak atom hidrogen α ke atom oksigen.
Gambar
1. Bentuk keto dan bentuk enol pada aseton
Hidrogen α pada senyawa aseton akan lepas sehingga nukleofil dari senyawa aseton dapat bereaksi dengan karbokation atau dapat terjadi reaksi alkilasi. Reaksi alkilasi pada aseton terdapat pada Gambar 2.
Gambar
2. Alkilasi pada aseton
Aseton banyak
digunakan sebagai pelarut senyawa karbon,
(misalnya sebagai pembersih
cat kuku dan pembersih cat kayu), sebagai bahan baku pelepas lem
super. Selain itu aseton juga dapat
melarutan berbagai macam
plastik dan serat sintesis .
Kebutuhan
aseton di Indonesia relatif meningkat setiap tahun. Namun sampai saat ini masih
belum ada pabrik yang memproduksi aseton di Indonesia, sehingga Indonesia masih
mengimpor aseton dari negara lain seperti Amerika Serikat, Belanda, Cina,
Korea, Jepang, dan Singapura untuk memenuhi kebutuhan industri.
2.2 Reaksi
– reaksi pada Aseton
Adapun reaksi – reaksi
yang terjadi pada Aseton diantaranya sebagai berikut.
a.
Reaksi
dengan Pereaksi Grignard
Reaksi suatu keton seperti aseton dengan pereaksi
Grignard menghasilkan alkohol tersier.
b. Oksidasi Keton
Oksidasi pada keton seperti aseton menghasilkan asam
karboksilat (prinsip sama dengan oksidasi alkohol). Jenis asam karboksilat yang
dihasilkan tergantung pada rumus struktur ketonnya.
Keton
tidak mudah dioksida. Dengan kata lain, oksidasi pada keton berlangsung lebih
sukar daripada oksidasi aldehida karena dalam oksidasi keton terdapat pemutusan
ikatan karbon – karbon sehingga energi yang diperlukan dalam reaksinya menjadi
lebih besar.
c. Reduksi Keton
Hasil
reduksi keton seperti aseton adalah suatu alkohol sekunder. Dalam reduksi ini
dapat digunakan reduktor aluminium isopropoksida: Al[(CH3)2HCO]3
atau aluminium hidrida: LiAlH4 (singkatan namanya LAH).
d.
Reaksi dengan H2SO4
pekat
Bila
campuran aseton dan H2SO4 pekat didstilasi, terjadi
reaksi kondensasi dengan hasil mesitilena (1,3,5-trimetilbenzena). Reaksi ini
merupakan suatu perubahan dari senyawa alifatik menjdi senyawa aromatik.
e. Reaksi Haloform
Dengan
iodin dan NaOH, aseton dapat membentuk CHI3 (iodoform).
Langkah-langkah pembentukan iodoform ini adalah:
(1) OC(CH3)2 + I2 → CH2ICOCH3
+ HI
(2) CH2ICOCH
+ 2I2 → CI3COCH3 + 2HI
(3) CI3COCH3
+ NaOH → CHI3 + CH3COONa
2.3 Macam
– macam Proses Pembuatan Aseton
Ada beberapa macam
proses pembuatan Aseton secara komersial, antara lain:
1.
Proses Cumene
Hidroperoksida
Mula-mula
Cumene dioksidasi menjadi Cumene Hidroperoksida dengan udara
atmosfir atau udara yang kaya oksigen dalam satu atau beberapa
oksidasinya. Temperatur yang digunakan adalah antara 80 °C – 130 °C
dengan 6 atm, serta dengan penambahan Na2CO3. pada
umumnya proses oksidasi ini dijalankan dalam 3 atau 4 reaktor yang
dipasang seri.
Reaksi:
C6H5CH(CH3)2 → C6H5(CH3)2 → C6H5OH +
C3H6O ………………..(1.1)
Hasil dari oksidasi pada reaktor pertama mengandung 9-12% Cumene
Hidroperoksida, 15-20% pada reaktor kedua, 24-29% pada reaktor ketiga, dan
32-39% pada reaktor selanjutnya. Kemudian produk reaktor keempat dievaporasikan
sampai konsentrasi Cumene Hidroperoksida menjadi 75-85%. Kemudian dengan
penambahan asam akan terjadi reaksi pembelahan Cumene Hidroperoksida menjadi
suatu campuran yang terdiri dari Fenol, Aseton dan berbagai produk lain seperti
chumylphenols, acetophenone, dimethyl phenylcarbinol, α-methylstyrene,
dan hydroxyacetone. Campuran ini kemudian dinetralkan dengan penambahan sodium
phenoxide atau basa lain atau dengan ion exchanger yang
lain.Kemudian campuran dipisahkan dan crude acetone diperoleh dengan
cara distilasi. Untuk mendapatkan kemurnian yang diinginkan perlu dilakukan
penambahan satu atau kolom distilasi. Jika digunakan dua kolom, kolom pertama
untuk memisahkan impuritas seperti Asetaldehid atau Propionaldehid. Sedangkan
kolom kedua berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi berat yang sebagian besar
terdiri dari air. Aseton diperoleh sebagai hasil atas menara kedua (Kirk &
Othmer, 1991).
2.
Proses Oksidasi
Propilen
Proses oksidasi Propilen menjadi Aseton dapat
berlangsung pada suhu 145 °C dan tekanan 10 atm dengan bantuan katalis bismuth
phaspomolibdat pada alumina. Pada proses ini hasil reaksi terdiri dari Aseton
dan Propanoldehid (Kirk & Othmer, 1983).
Reaksi:
CH2 = CHCH3 + O2
→ C3H6O + C3H6O……………………...(1.2)
Proses Oksidasi Isopropil Alkohol Pada pembuatan Aseton dengan proses
ini, Isopropil Alkohol dicampur dengan udara dan digunakan sebagai umpan
reaktor yang beroperasi pada suhu 200 °C-800 °C. Reaksi dapat berjalan dengan
baik menggunakan katalis seperti yang digunakan pada proses dehidrogenasi
Isopropil Alkohol.
Reaksi:
CH3CHOHCH3 + O2
→ H2O + C3H6O …………………..(1.3)
Reaksi ini sangat eksotermis (43 kkal/mol) pada 25 °C dan untuk
itu diperlukan pengontrolan suhu yang sangat cermat untuk mencegah turunnya yield
yang dihasilkan. Untuk mendapatkan konversi yang baik reaktor dirancang
agar hasil dapat langsung diinginkan. Proses jarang digunakan bila dibanding
dengan proses dehidrogenasi (Kirk & Othmer, 1983).
3.
Proses Dehidrogenasi
Isopropil Alkohol
Proses lain yang sangat penting untuk memproduksi Aseton
adalah dehidrogenasi katalitik dimana reaksinya adalah endotermis.
Reaksi:
C3H8O + 66,5 kJ /mol (pada 372
C °) → C3H6O + H2 …………..….(1.4)
Pada proses ini Isopropil Alkohol diuapkan dengan vaporizer dan
dipanaskan dalam HE dengan menggunakan steam kemudian dimasukkan ke
dalam multi turbular fixed bed reaktor. Ada sejumlah katalis yang dapat
digunakan dalam proses ini yaitu kombinasi zinc oxide- zirconium oxide,
kombinasi copperchromium oxide, copper, silicon dioxide. Kondisi
operasi reaktor ini adalah 1.5-3 atm dan suhu 400 °C-600 °C. Dengan proses ini
konversi dapat mencapai 75-98% dan yield dapat mencapai 85- 90%.
Gas panas keluar dari reaktor yang terdiri dari Isopropil Alkohol, Aseton,
dan Hidrogen dilewatkan scrubber, untuk dipisahkan antara gas insoluble
(H2) dengan Aseton, Isopropil Alkohol, dan air. Hasil dari scrubber
ini didistilasi, Aseton diambil sebagai hasil atas sedangkan campuran
Isopropil Alkohol dan air sebagai hasil bawah. Hasil bawah ini didistilasi lagi
untuk recovery Isopropil Alkohol yang diambil sebagai hasil atas yang
kemudian di recycle ke reaktor (Kirk & Othmer, 1983).
Proses dehidrogenasi Isopropil Alkohol dipilih karena memiliki alasan
sebagai berikut:
a.
Proses dehidrogenasi Isopropil
Alkohol tidak memerlukan unit pemisahan O2 dari udara sebelum
diumpankan ke dalam reaktor.
b.
Dengan jumlah Isopropil Alkohol
yang sama, konversi pada proses dehidrogenasi lebih besar sehingga hasil Aseton
yang diperoleh lebih banyak.
c.
Pada proses oksidasi timbul
masalah terjadinya korosi sehingga dapat mengganggu jalannya proses, sedangkan
pada proses dehidrogenasi, hal tersebut dapat dikurangi.
2.4 Kegunaan Aseton
Keton yang paling banyak
digunakan adalah propanon, yang dalam dunia perdagangan dan
kehidupan sehari-hari disebut aseton. Kegunaan aseton antara
lain :
1. Pelarut
Aseton merupakan senyawa
semipolar, sehingga dapat larut dalam senyawa polar ataupun nonpolar. Aseton
digunakan sebagai pelarut untuk lilin, plastik, dan sirlak. Selain
itu juga sebagai pelarut untuk selulosa
asetat dalam memproduksi rayon.
2.
Cairan pembersih
Aseton sering kali merupakan
komponen utama (atau tunggal) dari cairan pelepas cat kuku. Senyawa tersebut juga sangat baik digunakan
untuk mengencerkan dan membersihkan resin kaca serat, membersihkan peralatan
kaca gelas, dan melarutkan resin epoksi dan lem super sebelum
mengeras. Selain itu, aseton sangatlah efektif ketika digunakan sebagai cairan
pembersih dalam mengatasi tinta permanen.
3.
Beberapa keton siklik merupakan
bahan untuk membuat parfum karena berbau harum.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir
a. Percobaan
1
|
26 ml isopropil alkohol
|
85 ml akuades, 12 ml asam
sulfat pekat lalu 16 g KMnO4
|
Gelas beker
|
Mendinginkan
|
Labu
leher tiga
|
Destilasi pada suhu uap 75-80oC
|
Destilat
|
Es
batu
|
Erlenmeyer
|
Mendinginkan
|
Menentukan volume dan berat
destilat
|
Gambar 3. Diagram Alir Percobaan 1
b.
Percobaan 2
26 ml isopropil alkohol
|
85 ml akuades, 12 ml asam
sulfat pekat lalu 20 g KMnO4
|
Gelas beker
|
Mendinginkan
|
Labu
leher tiga
|
Destilasi pada suhu uap 75-80oC
|
Destilat
|
Es
batu
|
Erlenmeyer
|
Mendinginkan
|
Menentukan volume dan berat
destilat
|
Gambar 4. Diagram Alir Percobaan 2
3.2 Alat dan
Bahan
3.2.1
Alat
Adapun alat yang
digunakan dalam percobaan kali ini antara lain:
1.
Batang pengaduk 1
buah
2.
Erlenmeyer 100 ml 1
buah
3.
Gelas beker 200 ml 1
buah
4.
Gelas beker 500 ml 2
buah
5.
Gelas ukur 50 ml 1 buah
6.
Heating
mantle 1
buah
7.
Kaca arloji 1
buah
8.
Labu leher tiga 500 ml 1 buah
9.
Pengaduk 1
buah
10. Peralatan destilasi lengkap 1
set
11. Pipet
tetes 1
buah
12. Spatula 1
buah
13. Termometer 1
buah
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang
digunakan dalam percobaan kali ini antara lain:
1.
Akuades
2.
Asam sulfat pekat
3.
Es batu
4.
Kristal kalium
permanganat
5.
Isopropil alkohol
3.3 Prosedur
Percobaan
Prosedur yang dilakukan dalam percobaan ini yang pertama
yaitu memasukkan 26 ml isopropil alkohol ke dalam labu leher tiga yang berukuran 500 ml.
Kemudian menyiapkan campuran
dalam gelas beker. Campuran tersebut terdiri dari 85 ml akuades, 12 ml asam
sulfat pekat dan 16 gram kristal KMnO4 pada percobaan 1 dan 20 gram
pada percobaan 2. Kemudian, membiarkan campuran tersebut hingga tidak terlalu
panas. Selanjutnya, mencampurkan larutan
tersebut ke dalam labu leher tiga.
Kemudian, melakukan proses destilasi pada
suhu 75o – 80oC. Terakhir,
mengukur volume aseton hasil destilati serta menimbang massanya.
3.4 Gambar Alat
Adapun
gambar dari alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah :
Gambar 5. Rangkaian
alat destilasi
Keterangan
:
- Statif
- Klem
- Termometer
- Pipa T
- Hot Plate
- Labu Leher Tiga
- Kondensor
- Statif penyangga kondensor
- Pipa kondensor
- Gelas beker
- Erlenmeyer
3.5 Variabel Pecobaan
Adapun variabel dalam percobaan kali ini yaitu variabel
tetap, variabel berubah, dan variabel tetap. Variabel tetap dalam percobaan ini adalah volume
isopropil alkohol,
asam sulfat pekat, dan
akuades. Variabel berubahnya
yaitu massa KMnO4. Sedangkan variabel terikatnya
yaitu massa dan volume destilat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Dari hasil percobaan sintesis aseton
diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 1.
Hasil Percobaan Sintesis Aseton
Produk
|
Massa
(gram)
|
Volume
(ml)
|
Densitas
(g/ml)
|
1
|
6.77
|
19
|
0.356
|
2
|
11.333
|
14
|
0.809
|
Tabel 2.
Data Pengamatan Percobaan Pertama Sintesis Aseton
Waktu
(menit)
|
Suhu
(oC)
|
Jumlah
Tetesan
|
5
|
78
|
0
|
10
|
74
|
10
|
15
|
80
|
174
|
20
|
79
|
6
|
25
|
79
|
1
|
30
|
80
|
58
|
35
|
79
|
2
|
40
|
75
|
5
|
45
|
80
|
9
|
50
|
77
|
1
|
55
|
76
|
115
|
60
|
84
|
8
|
65
|
80
|
0
|
70
|
76
|
0
|
75
|
82
|
120
|
80
|
85
|
7
|
85
|
81
|
1
|
90
|
75
|
5
|
95
|
85
|
23
|
100
|
82
|
6
|
105
|
77
|
11
|
110
|
83
|
13
|
115
|
80
|
6
|
120
|
75
|
33
|
125
|
90
|
31
|
130
|
84
|
6
|
135
|
78
|
1
|
140
|
73
|
0
|
145
|
83
|
3
|
150
|
79
|
4
|
155
|
73
|
3
|
160
|
85
|
6
|
165
|
82
|
5
|
170
|
76
|
2
|
175
|
83
|
12
|
180
|
86
|
7
|
Tabel 3.
Data Pengamatan Percobaan Kedua Sintesis Aseton
Waktu
(menit)
|
Suhu
(oC)
|
Jumlah
Tetesan
|
5
|
81
|
47
|
10
|
79
|
1
|
15
|
73
|
0
|
20
|
73
|
102
|
25
|
85
|
26
|
30
|
84
|
5
|
35
|
83
|
0
|
40
|
78
|
0
|
45
|
74
|
0
|
50
|
72
|
29
|
55
|
88
|
79
|
60
|
90
|
1
|
65
|
83
|
0
|
70
|
80
|
2
|
75
|
77
|
2
|
80
|
73
|
2
|
85
|
84
|
31
|
90
|
90
|
2
|
95
|
85
|
1
|
100
|
81
|
0
|
105
|
77
|
0
|
110
|
74
|
0
|
115
|
70
|
0
|
120
|
79
|
2
|
125
|
80
|
0
|
130
|
77
|
0
|
135
|
76
|
0
|
140
|
72
|
0
|
145
|
75
|
0
|
150
|
80
|
0
|
155
|
79
|
0
|
160
|
76
|
1
|
165
|
73
|
0
|
170
|
70
|
0
|
175
|
71
|
0
|
180
|
74
|
0
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini tentang
sintesis aseton dari reaksi oksidasi isopropil alkohol. Aseton (C3H6O)
merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasar isopropil alkohol
dengan cara oksidasi. Aseton adalah zat berbau sengit yang tidak berwarna
dengan berat jenis 0,812 gram/mol.
Aseton dapat bercampur dalam air dan dalam semua perbandingan adalah suatu zat
pelarut yang baik bagi banyak zat-zat organik, aseton dipakai dalam pembuatan
senyawa penting antaranya Kloroform dan Iodoform. Pembuatan aseton yang paling umum adalah dengan
cara mengoksidasi alkohol sekunder.
Hampir semua oksidator dapat dipakai pada percobaan
sintesis aseton. Pereaksi yang
khas antara lain khromium oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat,
natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium
permanganat (KMnO4). Namun pada percobaan
ini digunakan KMnO4.
Adapun fungsi penambahan isopropil
alkohol yaitu sebagai bahan baku utama dari aseton dimana nantinya isopropil
alkohol yang merupakan alkohol sekunder akan teroksidasi menjadi aseton ( salah
satu bentuk dari keton). Pada pembuatan larutan ini, juga digunakan bahan-bahan
lain seperti akuades, H2SO4 dan KMnO4. Adapun
fungsi asam sulfat yaitu sebagai katalis yang memepercepat terjadinya reaksi. Pada
prosesnya, akuades terlebih dahulu dimasukkan sebelum H2SO4. Hal
ini dilakukan karena akuades memiliki massa jenis yang lebih rendah dari pada
asam sulfat dan cenderung mengapung diatasnya, sehingga apabila air ditambahkan
kedalam asam sulfat, ia akan dapat mendidih dan beraksi dengan keras. Selain
itu, asam sulfat juga bersifat panas sehingga akuades harus dimasukkan ke dalam
gelas beker terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengencerkan asam sulfat yang
akan ditambahkan nantinya. Dalam sinsetis aseton H2SO4 berperan
sebagai katalis yang dapat memutuskan ikatan –OH pada isopropil alkohol, sehingga
akan memudahkan KMnO4 yang berperan sebagai oksidator untuk
mengoksidasi isopropil alcohol menjadi aseton.
Gambar
6. Campuran akuades, Gambar 7. Proses
destilasi
H2SO4, dan
KMnO4
Gambar 6 merupakan
campuran dari akuades, H2SO4, dan KMnO4. Pada saat
penambahan KMnO4, larutan yang awalnya tidak berwarna (bening)
berubah warna menjadi ungu pekat. Pada proses ini juga terjadi kenaikan suhu
yang signifikan dimana baik pada
percobaan 1 maupun 2 suhu awal setelah proses penmabahan terukur sebesar 80oC.
Hal ini terjadi karena reaksi bersifat eksotermis yaitu melepas panas. Sehingga
gelas beker harus didiamkan selama beberapa saat hingga suhu turun dan tidak
terlalu panas sebelum akhirnya dimasukkan kedalam labu leher tiga dan
didestilasi.
Pada gambar 7 memperlihatkan
proses destilasi aseton. Proses destilasi ini bertujuan untuk memisahkan produk
aseton yang terbentuk dari zat-zat lainnya seperti akuades. Proses destilasi
ini didasarkan pada perbedaan titik didih antara senyawa yang ingin dipisahkan
dalam hal ini yaitu aseton dengan akuades. Adapun titik didih aseton yaitu 56oC
sedangkan titik didih akuades yaitu 100oC. Suhu pada proses
destilasi ini sebenarnya harus selalu dijaga pada rentang 75o-80oC.
Hal ini disebabkan karena titik didih antara isopropanol dan aseton adalah 82oC
dan 56oC. Jika suhu destilasi kurang dari 75oC maka
isopropanolnya tidak terdestilasi sempurna, sedangkan apabila lebih dari 80oC
akan terbentuk lagi bahan dasar (isopropanol). Pada proses destilasi ini
diharapkan yang menjadi destilat adalah aseton karena titik didih aseton 56°C,
namun terdapat beberapa kendala yaitu interval suhu tersebut sangat berdekatan dengan
titik didih propanol dan dikhawatirkan propanol
akan ikut menguap juga. Pada proses destilasi setiap sambungan harus ditutup
dengan alumunium foil. Tujuannya untuk mengurangi penguapan. Erlenmeyer yang
menjadi wadah destilat ditempatkan pada gelas bekerukuran 500 ml yang telah
terisi dengan es batu. Penggunaan es batu bertujuan untuk menjaga destilat agar
tidak menguap kembali dan juga untuk melindungi erlenmeyer dari keretakan
akibat perubahan suhu yang mendadak. Pada saat proses destilasi, aseton akan
menguap dan terpisah dari isopropanol. Uap isopropanol akan menuju kondensor
dan diubah menjadi tetesan cairan aseton yang mengalir ke erlenmeyer. Semakin
tinggi suhu maka semakin banyak tetesan yang keluar. Seperti yang dapat dilihat
pada tabel 2, suhu pada percobaan 1 sering melebihi 80oC akibatnya pada
percobaan pertama volume yang diperoleh jauh melebihi volume menurut teori. Pada
percobaan 1 massa KMnO4 yang digunakan sebanyak 16 g, sedangkan pada
percobaan kedua sebanyak 20 g. Seharusnya volume aseton yang dihasilkan pada
percobaan 2 jumlahnya lebih banyak daripada percobaan 1. Menurut literarur, semakin
banyak jumlah oksidator yang digunakan maka akan isopropil alkohol akan lebih
mudah melakukan oksidasi. Namun volume aseton pada percobaan 1 justru lebih
banyak daripada volume aseton pada percobaan 2. Hal ini disebabkan karena
adanya akuades yang juga ikut menguap bersama dengan aseton yang terbentuk. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti penuangan penuangan larutan akuades
dan H2SO4 kedalam labu leher tiga yang terlalu cepat, endapan KmnO4 yang
masih banyak tertinggal didalam gelas beker yang mnyebabkan isopropanol tidak
teroksidasi secara maksimal, seringnya terjadi kenaikan suhu melebihi yang disarankan
akibatnya aseton yang dihasilkan pun tidak lagi murni karena masih terdapat
akuades dan isopropanol. Menurut teori, volume aseton yang seharusnya
dihasilkan adalah sebanyak 18,35 ml. Adapun pada percobaan 1 volume aseton yang
dihasilkan adalah sebanyak 19 ml dan pada percobaan 2 sebanyak 14 ml.
Gambar 8.
Grafik percobaan 1
Gambar
9. Grafik percobaan 2
Dari kedua grafik tersebut dapat
dilihat bahwa semakin tinggi suhu destilasi maka jumlah tetesan hasil destilat
juga akan semakin banyak. Hal ini dikarenakan adanya bahan-bahan lain seperti
akuades yang juga ikut terdestilasi bersama dengan aseton. Akuades memiliki
titik didih sebesar 100oC. Namun sebelum suhu tersebut, air juga
sudah mengalami penguapan.
Gambar
10. Aseton hasil percobaan
Hasil yang diperoleh setelah
melakukan percobaan pertama didapatkan densitas aseton sebesar 0.356 g/ml dan percobaan
kedua sebesar 0,809 g/ml. Adapun menurut literatur, densitas aseton yaitu
sebesar 0,79 g/ml. Perbedaan nilai yang sangat besar terjadi pada percobaan 1.
Hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan suhu dimana seharusnya dijaga hanya
pada suhu 70oC - 80oC tapi justru sangat sering mengalami
peningkatan yang drastis. Sedangkan densitas yang diperoleh dari percobaan 2
mendekati literatur. Persentase kesalahan pada percobaan pertama adalah 3,54%
dan percobaan kedua adalah %.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari
hasil percobaan yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
Aseton dapat dihasilkan
dari reaksi oksidasi isopropil alkohol oleh KMnO4.
2.
Volume yang di
dapatkan pada percobaan pertama sebanyak 19 ml dan pada percobaan
kedua sebanyak 14 ml.
3.
Massa aseton pada percobaan pertama sebesar 6,77 g dan percobaan kedua
sebesar 11,333 g.
4.
Densitas aseton
pada percobaan pertama sebesar 0.356 g/ml dan percobaan kedua sebesar 0,809
g/ml.
5.2 Saran
Dari praktikum yang
dilakukan kami menyarankan untuk praktikum selanjutnya agar:
1.
Menggunakan oksidator
kuat selain KMnO4 misalnya khromium
oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, dan
natrium bikhromat (Na2Cr2O7).
2.
Memvariasikan volume isopropil
alkohol yang digunakan.
3.
Menngunakan katalis
asam kuat selain H2SO4.
4.
Menggunakan alat
safety yang lengkap sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
LAMPIRAN
A. Teori
Perhitungan
Percobaan
1
2MnO4- + 16H+ + 10e-
2Mn2+ + 8H2O
5C3H7OH 5C3H6O + 10H+ + 10e-
5C3H7OH + 2MnO4-
+ 6H+ 5C3H6O
+ 2Mn2+ + 8H2O
Dik: Mr KMnO4 :
158,04 g/mol
Mr
2-propanol 96% : 60,1
g/mol
Mr
Propanol : 0,786
g/mol
C3H7OH
ρ = m/V m
= ρV = 0,786 x 26 = 20,4 g
n
= m/Mr=20,4/60,1 = 0,34 mol
KMnO4
n
= m/Mr = 16/158 = 0,1 mol
5C3H7OH + 2MnO4-
+ 6H+ 5C3H6O
+ 2Mn2+ + 8H2O
M
|
0,34
|
0,1
|
|
-
|
-
|
-
|
R
|
0,25
|
0,1
|
|
0,25
|
|
0,4
|
S
|
0,09
|
-
|
|
0,25
|
|
0,4
|
C3H6O
massa
= n x Mr = 0,25 x 58 = 14,5 g
Volume
= m/ρ = 14,5/0,79 = 18,35 ml
%
yield = (m produk/m bahan) x 100% = (14,5/20,4) x 100% = 71%
%
kesalahan = [(Vteori – Vpercobaan) / Vteori] x 100%
Dik:
m C3H6O = 6.77 g
V
C3H6O = 19 ml
ρ
C3H6O = m/V = = 0,356
g/ml
n
C3H6O = m/Mr = 6.77/58 = 0,117 mol
%
yield = (m produk/m bahan) x 100% = (6,77/20,4) x 100% = 33,2%
%
kesalahan = [(Vteori – Vpercobaan) / Vteori] x 100%
=
[(18.35 – 19)/0,79] x 100%
=
3,54%
Percobaan
II
2MnO4- + 16H+ + 10e-
2Mn2+ + 8H2O
5C3H7OH 5C3H6O + 10H+ + 10e-
5C3H7OH + 2MnO4-
+ 6H+ 5C3H6O
+ 2Mn2+ + 8H2O
Dik: Mr KMnO4 :
158,04 g/mol
Mr
2-propanol 96% : 60,1
g/mol
Mr
Propanol :
0,786 g/mol
C3H7OH
ρ = m/V m
= ρV = 0,786 x 26 = 20,4 g
n
= m/Mr=20,4/60,1 = 0,34 mol
KMnO4
n
= m/Mr = 16/158 = 0,1 mol
5C3H7OH + 2MnO4-
+ 6H+ 5C3H6O
+ 2Mn2+ + 8H2O
M
|
0,34
|
0,126
|
|
-
|
-
|
-
|
R
|
0,315
|
0,126
|
|
0,315
|
|
0,504
|
S
|
0,025
|
-
|
|
0,315
|
|
0,504
|
C3H6O
massa
= n x Mr = 0,315 x 58 = 18,27 g
Volume
= m/ρ = 18,27/0,79 = 23,12 ml
%
yield = (m produk/m bahan) x 100% = (18,27/20,4) x 100% = 89,55%
%
kesalahan = [(Vteori – Vpercobaan) / Vteori] x 100%
Dik:
m C3H6O = 11,333 g
V
C3H6O = 14 ml
ρ
C3H6O = m/V = 11,333/14 = 0,809 g/ml
n
C3H6O = m/Mr =21,58/58 = 0,37 mol
%
yield = (m produk/m bahan) x 100% = (11,333/20,4) x 100% = 55,6%
%
kesalahan = [(Vteori – Vpercobaan) / Vteori] x 100%
=
[(18,27-11,33 )/18,27] x 100%
=
37%
DAFTAR PUSTAKA
0 Response to "Laporan Praktikum Kimia Organik "Sintesis Aseton""
Posting Komentar